Monday, May 6, 2019

Resensi Knock Down The House

Knock Down The House
"Everyday American deserved to be represented by everyday American"
-Alexandria Ocasio-Cortez
Amerika adalah negara maju, kita semua tahu itu. Tapi Amerika juga negara dengan ketimpangan yang besar. 0,1 % orang terkaya di Amerika menguasai 188 kali kekayaan dibanding 90% orang lainnya (inequality.org).
Bukan hanya ekonomi, mereka yang duduk di kursi pengambil kebijakan juga berasal dari kalangan berpunya. Biasanya mereka adalah laki-laki, kulit putih, kalangan menengah ke atas, dan kemungkinan besar pengacara.
Dokumenter Knock Down The House menceritakan empat perempuan di Amerika Serikat yang mencoba melawan politisi mapan.
Mereka adalah pelayan bar, suster, ibu yang kehilangan anaknya karena tidak memiliki asuransi dan anak penambang batubara.
Selama menonton film ini saya sangat larut dalam emosi. Kemarahan yang berapi-api, ketakutan melawan si besar dalam kontestasi politik hingga kesedihan dan keputusasaan.
Menonton film ini membuat saya merasa ikut berjuang betapa susahnya untuk menjadi calon kandidat kongres dari partai demokrat. Sambil tetap bekerja, mengetuk pintu demi pintu, meminta tanda tangan dukungan, mengikuti berbagai kegiatan politik dan tetap menjaga eksistensi dengan harapan terpilih sebagai kandidat kongres.
Salah satu 'bintang' utama dokumenter ini Alexandria Ocasio-Cortez (AOC) yang akhirnya berhasil menduduki kursi kongres Amerika, anggota kongres perempuan termuda sepanjang sejarah AS menujukkan betapa ia meraih semua ini dengan tidak mudah. Hal yang menarik darinya, menurut saya adalah dia benar-benar besal dari konstituennya di daerah Bronx dan Queens, New York. Salah satu distrik yang penuh dengan imigran. AOC pun berusaha berbicara dalam bahasa mereka dan berinteraksi dengan mereka. Inilah, mungkin, yang membuat ia akhirnya terpilih.
Tiga calon kandidat lain tidak semujur AOC, mereka kalah dari politisi mapan dari distriknya masing-masing. Saya pun tertegun dengan quote dalam film ini:
"For one of us make it through, a hundred of us had to try."
David telah berhasil mengalahkan Goliath, tapi dengan perjuangan yang memakan energi luar biasa.
Ini semua baru permulaan.
Oh iya, dokumenter ini bisa ditonton di Netflix ya

No comments:

Post a Comment