Tuesday, May 7, 2019

Abesien

Bab 1

Aurora berlari makin kencang, jantungnya berdegup keras. Mungkin ini pertama kalinya ia membangkang pada orang tuanya. Ia mendapat pesan aneh tadi malam. Ada harapan itu dari kakaknya, Balthazar yang sudah hampir satu tahun hilang. Ayah Aurora, Demeter Hakovic adalah pejabat terhormat di Bank Distrik, ibunya, Shana Hakovic adalah pengajar Kimia di Universitas. Keluarga Hakovic adalah keluarga terhormat. Anehnya, ayah dan ibu Aurora tidak pernah merisaukan kehilangan Balthazar. Mereka selalu bilang ke kerabat bahwa anak sulungnya pergi ke luar negeri, untuk penelitian sejarah. Aurora tahu itu dusta.

Napas Aurora makin tersengal-sengal, ia tidak biasa dengan aktivitas outdoor. Senja semakin surut di ufuk barat, langit makin gelap ketika gadis 16 tahun itu sampai di lereng Gunung Abesien. Terbaca tanda "DILARANG MELINTAS TANPA IJIN PEMERINTAH" yang sudah usang. "Orang gila pun malas pergi ke sini" gerutu Aurora dalam hati.

Ia melihat arlojinya, titik koordinat yang ia terima tadi malam menunjukkan tempat di dalam hutan di lereng Gunung Abesien, sekitar 120 kilometer dari rumahnya. Ia melangkah dan terus melangkah ke dalam hutan, ada beberapa pagar kawat berduri tapu dengan bantuan kacamata inframerah semuanya terang benderang.

Hampir satu jam Aurora berjalan, ternyata tidak seburuk yang ia bayangkan. Dalam kesunyian, pikirannya melayang kemana-mana. Ia selalu heran kenapa daerah di balik Gunung Abesien ini terlarang untuk dikunjungi. Pernah suatu kali ia naik pesawat dan memandang jauh ke bawah, hutan tropis yang begitu lebat hijau dan indah kemudian pemandangan itu tertutup oleh awan. Aurora bertanya pada Ibunya apakah suatu saat mereka boleh berkunjung ke situ. Shana hanya menjawab tanpa memandang anaknya "Kau tau kita harus menghormati hutan dan wilayah-wilayah yang dijaga pemerintah. Terlalu bahaya untuk kaum seperti kita".

Seperti kita, pikir Aurora, memang ada siapa lagi selain kita.

Saat itulah kaki kirinya menyandung sebongkah batu besar dan licin, badan itu terpleset ke belakang. Kacamata inframerah Aurora terlepas dari wajahnya.

Ada tiga pasang mata bertemu dengan matanya yang buram. Nafasnya tercekat, ingin teriak tapi tidak ada suara yang keluar. Bau yang sangat tidak enak merasuki hidung Aurora. Mirip... bangkai binatang

Makhluk, seperti kita, tapi kotor, pendek, rambutnya berantakan dan sangat sangat menakutkan.

-bersambung-

No comments:

Post a Comment