Friday, August 29, 2014

Working Mother's Dilemma

No no,

I am not working yet, and not even be a mother (yeiyalah, sang calon aja masih disimpan baik- baik oleh Nya *curhat*)

Tapi beberapa kejadian dalam hidup saya belakangan ini membuat saya mulai memikirkan hal- hal beginian. Pertama, akhirnya saya punya keponakan *yeay. Dan kakak ipar saya adalah seorang ibu pekerja, praktis ia pun sempat bingung bagaimana merawat anaknya ini. Setelah curhat sana sini kemungkinan untuk menitipkan di daycare kelak akan diambil setelah usai masa cuti melahirkannya. Kedua, atasan saya di tempat magang (saya magang dimana, ntar diceritain yak, hehe) juga baru saja memiliki baby, uwuwu, kemudian saya amati profesinya (sebagai psikolog dan trainer) lebih 'ramah' terhadap anak gitu, ia kerap membawa bayinya ke tempat kerja, tentu berbeda dengan profesi kakak ipar saya yang ngantor di salah satu bumn itu, hihu.

trus... kebayang gak sih punya anak ituh ribeeet? huh hah. Di sebuah perjalanan saya di atas KRL Cikini- UI saya berpikir "apa ntar jadi full time mom aja ya, hihihi" *sambil cekikikan unyu* tiba tiba alter ego saya yang lain bicara "lantas, apa kontribusimu bagi negeri ini?" woehlan Bin!. Pasti kepikiran jawab: anak yang kamu rawat dengan baik itu nanti yang akan berkontribusi untuk negeri ini, woehlah. Hu huw, maksudnya sebagai individu gitu, *aduh semoga saya dapat dimengerti*. Iya kan, mungkin bagi kalangan tercerahkan seperti kami ini *cieh, bekerja bukan hanya semata mencari nafkah, tapi sebagai sarana aktualisasi diri dan menjadi bermanfaat bagi sesama. Bukan tidak mungkin sih memang ada seorang perempuan (atau laki- laki) yang sangat passionate dalam menjadi orang tua dan mengurus anak. Tapi banyak juga yang lain kan, hehe

Yah pokoknya gitu, sedikit lega akhirnya bisa menumpahkan curhatan saya di sini, walaupun gak jelas. haha

kalo kata temen saya sih, "yaudahlah, nanti pas tiba masanya juga siap sendiri" eeerrr gitu ya? okedeh :<