Thursday, August 22, 2019

Transaksi Kita Dengan Tuhan

Satu adegan dalam film Ayat-Ayat Cinta yang membuat saya menangis adalah ketika Fahri solat di dalam penjara, Fahri menangis karena masalah yang menimpanya begitu berat. Ia ditertawakan pria yang satu sel dengannya: "Jangan-jangan kamu solat hanya kalau ada masalah?".

Adegan itu membuat saya ikut menangis. Bukan karena turut larut dalam emosi fiksi tokoh Fahri. Namun kata-kata laki2 teman satu sel Fahri itu sungguh menohok.

Saya tiba-tiba ingat adegan itu tadi siang. Ketika entah kenapa ada rasa ingiiin banget kuliah S2. Kemudian sempat membuka-buka website universitas dan jurusan yang saya inginkan. Jiper duluan, hahaha. Susah, ribet, berat, males, MAHAL!

Kemudian ngademin hati sendiri: "berdoa aja, pasti bisa".

Lah, kok, apa aku cuma berdoa saat butuh ya. Kembali ke Allah saat sedih dan banyak masalah. Lalu dimana aku saat senang-senang, saat berlimpah nikmatNya?

Tuhan bukan dokter yang hanya kita temui saat raga sakit berat. Lalu lupa atas saran-saranNya untuk hidup 'sehat'.

Tuhan bukan produsen dan kita bukan konsumen, doa juga bukan mata uang.

Selamat memaknai kembali relasi (bukan transaksi) mu dengan Tuhan, Binar.

Sunday, August 18, 2019

Sambi

Tadi saya menyelesaikan cucian di mesin cuci, biasanya karena menunggu cucian dibilas dan dikeringkan butuh waktu, walau cuma 5 menit atau 3 menit, saya biasanya bawa HP.

Tapi tadi karena HP saya baterainya sedang lemah. Saya memutuskan untuk tidak bawa HP ke ruang cuci yang letaknya di lantai 2 sedangkan kamar saya ada di lantai 1.

Pada waktu nganggur yang cuma 5 menit itu saya pakai buat merenung. Iya juga ya, sebenarnya kadang-kadang smartphone itu cuma dipakai untuk menyibukkan diri kita ketika menunggu. Tapi seringnya malah menjadi distraksi atas pekerjaan utama kita.

Pikiran saya mengawang.

Begitu pula hidup di dunia yang cuma sementara ini, sejatinya cuma menunggu. Tapi kadang-kadang kita terdistraksi hingga lupa tujuan aslinya apa.

Semoga kita tidak sering-sering lupa.

aamiin

Saturday, August 17, 2019

Kewarganegaraan

Malam ini saya menikmati sepiring spaghetti sambil mendengar sayup-sayup lagu Bendera-Coklat yang diputar oleh kafe tempat saya makan. We often take our citizenship for granted. Saya sendiri tidak pernah sadar betapa bermaknanya sebuah kewarganegaraan sampai bertemu dengan Svenja, kawan saya dari Belanda yang meneliti tentang statelessness orang-orang Palestina di Yordania.

Bayangkan, mereka tidak punya kewarganegaraan, tidak ada negara yang mengakui mereka, ada di dunia tapi tidak tercatat.

Konsep negara memang absurd, tapi begitulah kenyataan di dunia saat ini. Seorang anak kecil pernah bertanya "Who draws line on the maps?". Pertanyaan yang jika dijawab mungkin akan sarat dengan amarah dan air mata.

Bertahun ke belakang saya tinggal di jantung ibukota dan cukup beruntung untuk mencicipi kunjungan ke beberapa wilayah di Indonesia. Jalan yang berkelok di Papua, listrik yang cuma enam jam di Satando, Pangkajene Kepulauan, hingga lada dan timah di Pulau Bangka.

Semuanya menggetarkan hati, menyadarkan jiwa bahwa Indonesia bukan main luasnya, tak terkira bagaimana cara mengurusnya. Adalah hal yang terlalu mengagumkan bagaimana ratusan juta orang ini punya identitas yang sama: orang Indonesia.

Let's not take our citizenship for granted.

Terserah bagaimana Anda memaknainya.

Tuesday, August 6, 2019

A New Chapter

Masih surreal rasanya,

Kemarin saya memulai hari di kantor baru. Setelah hampir 3 tahun berkantor di gedung dan organisasi yang sama. Kemarin saya pindah.

Ada rasa kagok, bahkan alamat 'work' di aplikasi Grab saya masih gedung kantor lama.

Aargh.

Ini kali pertama saya bekerja penuh waktu untuk for profit company, setelah sejak kuliah saya memilih bekerja di NGO.

hehe

Ada rasa terharu karena onboarding process di perusahaan baru ini terbilang cukup rapih. Ada pengenalan singkat dari HR kemudian dilanjutkan dengan lunch bersama tim saya yang isinya baru 4 orang termasuk saya.

terus lunch nya fancy dong, hahaha #penting

Kemudian seharian dilanjutkan dengan belajar banyak banget hal.

Otak rasanya mendlep mendlep (bahasa apa ituu)

Hehe, need to take more magnesium to relax my muscle

Cheers,
Binar