Tuesday, July 31, 2018

Latihan Jadi Orang Kaya

disclaimer: ini adalah tulisan orang awam, kalau ada yang keliru, mohon dibetulkan supaya saya tidak tersesat.

Waktu itu saya lagi jalan-jalan di Plaza Senayan bareng Hanap. Pas lewat TWG, saya nyeletuk, "Nap makan takjil di situ yuk, hahaha". "Iya biar kayak Nindy Harsono" kata Hanap.
Pas bulan puasa, kami betulan janjian buka bersama di kedai teh ala ala sosialita itu. Menunya ternyata gak mahal-mahal amat. Walau ya jelas lebih mahal daripada teh pucuk harum andalanque. Setelah itu pun saya puas "Oh gini toh rasanya jadi orang kaya".

Emang bener kata Robert T. Kiyosaki. "poor people buy luxury first while rich people buy luxury last". Yang saya lakukan ketika kebelet ngeteh di TWG adalah merasakan menjadi orang kaya as I seen it.
Begitu pula dengan mayoritas kita yang beli mobil, baju, perhiasan, bahkan travelling supaya *kelihatan kayak orang kaya*.
Gak ada yang salah memang, tapi kita telah meniru orang kaya dengan cara yang salah. Bukan tentang cara mereka menjadi kaya tapi hanya meniru 'kulit' mereka saja.

Kemarin saya baca Rich Dad Poor Dad (RDPD) , buku ini lumayan bikin kesel karena terang-terang an menjadi manual book menjadi orang kaya di era kapitalisme. Tapi, ada beberapa pencerahan yang saya rangkum dari buku ini.

Asset vs Liabilities
Salah satu pelajaran paling ngena dari Buku RDPD adalah pengetahuan tentang asset dan liabilities. Apa bedanya? pemahaman paling simpelnya adalah: aset menghasilkan uang, sedangkan liabilities, dari terjemahannya saja sudah kelihatan: kewajiban, yaitu menghabiskan uang kita.

Misal kita punya rumah, apakah itu termasuk asset atau liabilities?. Tergantung! kalau rumah itu kita sewakan dan menghasilkan uang ke kantong kita, maka rumah itu adalah asset, kalau rumah itu kita tinggali dan setiap harinya membuat kita wajib merawatnya dan kita mengeluarkan uang, maka rumah itu liabilities.

Saya tahu pernyataan tadi bikin kzl sebagian besar orang, terutama yang masih nyicil KPR hingga puluhan tahun yang akan datang. Hihi. Tapi kalau sudah bisa bedain, nasihat Kiyosaki: kumpulkan asset, bukan liabilities.

Kiyosaki memang seorang investor real estate, dan di RDPD dia banyak menceritakan tentang detil bisnisnya itu. Yang mana saya masih perlu banyak belajar. Tapi saya jadi merefleksikan 'perjalanan' investasi saya selama ini.

Kenapa investasi? simpel, karena saya GAK BISA NABUNG. Kalau nabung sedikit pasti gatel untuk ambil dan dipakai untuk konsumsi barang-barang yang gak penting. Setelah nyoba investasi saya jadi lumayan semangat ngatur duid. Maka izinkan hamba menutur sebuah cerita, tentang perduitan dunia ini.

1. Bitcoin
Saya kenal bitcoin Lebaran 2017, waktu itu harganya masih 40 jutaan per BTC. Saya iseng beli nol koma nol sekian, setelah itu ternyata BTC booming banget sampe pada akhir 2017 harganya naik hingga 200 jutaan. Kemudian perlahan turun seiring banyaknya bank sentral yang melarang penggunaan bitcoin. Sekarang harganya berkisar di 100 jutaan. Volatile banget kan?. Tapi keunggulan BTC yang saya rasakan ya liquid banget dan (almost) completely anonymous.
Kalau perihal teknis kayak blockchain dan sebagainya saya gak kuat lah ya jelasin di post ini. Hehe. Yang jelas, setelah nyoba invest BTC saya jadi makin kepo tentang ekonomi dan ekonomi makro, yang membuat saya makin sadar kalo investasi tuh penting. Saya juga bersyukur pernah rugi 'mainan' BTC ini. Biar gak kapok dan makin belajar produk investasi yang lain. Oia, saya pure pake BTC untuk investasi, bukan untuk transaksi, jadi gak melanggar hukum lah ya Bu Sri Mulyani~ hehehe~
Saya beli BTC di indodax.com (dulu bitcoin.co.id) walaupun liquid (bisa dicairkan kapan saja) di situ juga ada biaya admin tiap setor dan tarik. Sekarang makin banyak cryptocurrency lain kayak Ethereum, Stellar Lumens, Bitcoin Cash dan masih banyak lagi. Cuma saya belum tertarik lagi buat ngulik.

2. Peer to peer Lending (P2P)
Kalau bitcoin cukup bikin pusing. Saya juga kenal instrumen investasi yang logikanya cukup simpel. Saya kenal platform indves.com dari Afina. Singkatnya, indves menyediakan berbagai usaha level UMKM yang membutuhkan investor. Dijelaskan juga berapa dana yang dibutuhkan dan prospek bagi hasilnya serta jangka waktu imbal hasil (beragam dari 6 bulan hingga 1 tahun).

Saya coba invest di situ, untuk 3 bisnis berbeda dengan jumlah berbeda. Alhamdullilah semuanya melebihi prospek imbal hasil. Walau ya kelemahannya gak liquid tapi prosentasi bagi hasilnya lumayan, sekitar 5% kalau gak salah. Jadi cocok buat yang baru punya uang sedikit dan mau nyoba2 inves. Dan poin plusnya ya membantu UMKM.

Sayang, web indves sekarang sudah gak aktif, jadi investasi saya sudah selesai semua dan saya alihkan ke pos lain. Banyak platform P2P lending lain sih, kayak iGrow, Koinworks, Amartha finance dan masih banyak lagi. Tapi saya masih mager untuk nyoba. hehe

Penjelasan lengkap P2P Lending, bisa ditonton di video ini


3. Emas
Ini mungkin investasi favorit Ibu2 ya, pelajaran sederhana dari mama saya: emas untuk investasi ini lebih baik dalam bentuk batangan, bukan perhiasan.
Terus kepikiran dong, wagelaseh batangan trus kudu beli sekilo gitu? Haha. Padahal 1 gram nya aja 500ribu++. Nah terus saya baru tahu kalau tabungan emas itu bisa beli dicicil. Saya tahunya dulu di Pegadaian. Sempet pengen nabung emas di Pegadaian tapi mager yes harus ke cabang terdekat.
Kemudian saya tahu ada apps namanya Tamasia. Anak digital banget kan semuanya maunya serba apps. Di Tamasia, minimal pembelian emas kelipatan 10ribu rupiah aja dan bisa langsung cetak emas tanpa biaya tambahan.

Harga emas emang relatif stabil dibanding rupiah yang tiap tahun inflasi. Tapi kalau kata Jouska, sebenarnya harga emas dipengaruhi banget sama US dollar. Jadi ya gitu, "berdoa harga emas naik sama aja kayak berdoa dollar naik". Btw, anyway busway, harga emas internasional bisa dicek di kitco.com.

Oia, kalo mau beli emas di Tamasia pake referral code 9W5GC2R

4. Reksadana
Sebenernya sering baca kata ini, reksadana. Tapi ya mbuh gak tau itu barang apa. Ada video yang tuntas banget ngejelasin tentang reksadana, silakan ditonton yaa, karena saya mager jelasin. LOL
silakan tonton videonya di sini



Dan saya coba reksadana ini di Bukalapak- Bukareksa, simply karena waktu itu saya dateng seminarnya mereka. Hahaha, sungguh target pasar yang empuk akutu~.
Yang bikin reksadana seru ini adalah pertumbuhannya bisa dipantau tiap hari. Ada option syariah juga. Gak bisa bilang banyak sih, karena saya juga baru mulai. Sejauh ini kelebihannya ya 1. bisa mulai dari jumlah yang sedikit 2. cukup liquid 3. Gak pake mikir karena sudah ada manajer investasi. Kekurangannya ya tetep nilainya volatile. Tapi tiap naruh reksadana, kita harus baca prospektus, nah itu bikin kita kayak orang penting gitu lho~ hahaha apasih, padahal sharenya cuma gopek, ya mending lah daripada gak sama sekali.

Oia, kalian bisa pake referral code qu untuk belanja di BukaLapak BINAR_LESTARIAWWN

Kesimpulan:
Saya merasa kita harus mulai investasi sedini mungkin (wedeh udah kayak Harmoko eug). Kenapa? kalau kamu (saya) karyawan, kemungkinan besar kita gak punya waktu untuk menjalankan bisnis sendiri. Investasi jadi jalan duit kita muter tanpa kita perlu capek, ya capek mikir dikit sih.
Nah, pas mulai inves, saya jadi sok baca The Economist, Forbes, Bloomberg alih-alih Lambe Turah. Hahaha, karena duit saya sekarang lagi diputer sama dunia, ciegitu, maka saya juga harus update sama perkembangan dunia.

Gak lah, gue nabung aja gak mau ribet. Ya silakan. Oia prinsip investasi juga jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang, jadi menabung cold hard cash ya tetep perlu.
Kemudahan lain sekarang adalah semuanya bisa diakses di HAPE. On your fingertips ceunah. Gak perlu panas2an atau antri di bank, pake harus dandan biar mbak2 CS ramah ngeladenin kita. Great kan sobat magerqu?

Literasi finansial kita juga meningkat, udah banyak lah kisah om tante saya yang duitnya ilang ketipu investasi bodong. Start young, fail young, biar makin tua kita makin 'pinter' DAN MAKIN KAYA. Hahahaha aamiin.

Intinya jangan males sih. Selain jangan males kerja (nyari duit) ya jangan males belajar ngatur duit.
Kalau kata Rhoma Irama ya yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin~
kenapa? karena orang kaya inves dan orang miskin belanja.

Weh! poor shaming! Yasudahlah sobatqismin qu semoga ga qismin terus ampe tuwa, aamiin.