Monday, November 26, 2018

Beli Apa? (1)

Berbekal sebuah keisengan saya berniat menanyai beberapa orang pertanyaan yang sama

Jika kamu punya uang banyaaak bangeeet, kamu mau beli apa?

1. "Mau beli rumah sakit,"

"Gak bikin aja?"

"Beli kayaknya lebih gampang, rumah sakit yang udah bangkrut gitu gue beli"

"Hmm, oke, apa lagi?"

"perpustakaan, beli server"

"woow, server! segede Sency ini ya?"

"kayaknya Google punya lebih gede"

Hmm yaa oke, oke

(A, 25)

2. "Hmmmm, beli apa aja yang gue mau"

"Ya, apa?"

diam, tidak menjawab, kembali bekerja

"emang sebanyak apa?"

"ya pokoknya banyak banget, cuma lo yang bisa bayangin"

"hmmm, surga bisa dibeli gak?"

(N, 29)

Thursday, November 8, 2018

Syukur

Malam itu, di suatu hari pada bulan Februari 2015. Saya dan Alisha sekali lagi berkunjung ke Pasar Khan El Khalili. Alisha mau membelikan oleh-oleh piring hias karena mamanya mengoleksi.

Hujan badai (yang konon cuma terjadi beberapa kali setahun di Mesir) tidak menyurutkan langkah kami untuk pergi naik bus ke pusat kota.

Kamipun langsung menuju toko langganan, toko Jordi- yang letaknya agak tersembunyi di lantai 2. Kami suka belanja di sini karena harganya sudah fix tertempel di label setiap barang, jadi tidak ada acara drama tawar menawar seperti di toko lain.

Namun rupanya tidak ada piring yang cukup bagus di Jordi, Alisha pun pergi ke toko lainnya tidak jauh dari situ. Kami menemukan piring logam dengan ukiran kaligrafi dalam bahasa Arab. Kami pun menanyakan arti dari tulisan tersebut.

Dengan Bahasa Inggris yang terbata-bata Bapak penjual menjelaskan:

"la`in syakartum la`aziidannakum"

"it's from Qur'an you know, if you are grateful, Allah will gave you more"

sejak saat itu potongan ayat ketujuh Surat Ibrahim itu menempel di memori saya, dan coba mengamalkannya walau sulit.

Terimakasih Bapak penjual piring :)

Allah SWT berfirman:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ  لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
wa iz ta`azzana robbukum la`in syakartum la`aziidannakum wa la`ing kafartum inna 'azaabii lasyadiid

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."
(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)

* Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com

Tuesday, October 23, 2018

Kita ini Insan bukan Seekor Sapi

berikut penggalan lagu Zona Nyaman oleh Fourtwnty yang mengiang di telinga belakangan ini.

Kita ini insan bukan seekor sapi

Apa sih yang sapi lakukan?

Makan, tidur, beranak pinak, diperah susunya kemudian masuk ke penjagalan untuk dinikmati dagingnya oleh manusia. Hii~

Apakah insan (manusia), kita juga ternyata cuma melakukan hal yang demikian? Lantas apa pembeda kita dari seekor sapi?

Kadang saya sulit 'mempercayai' teori evolusi seperti Phoebe Buffay dalam serial Friends Season 2 Episode 3.

Kalau iya manusia binatang, kenapa kita bisa se-superior ini. Berbicara (berkomunikasi satu sama lain), menggunakan alat, berpikir, menemukan uang, menciptakan ekonomi, memakai pakaian, menganut agama, dan lain sebagainya.

Seberapa sering sih kita merenungi ke-manusia-an kita? saat terjebak dalam rutinitas dan hidup yang begini-begini saja.

"Kalau hidup sekadar hidup, babi di hutan pun hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja." Buya Hamka

Jadi ingat ya,

Kita ini insan bukan seekor sapi atau kera atau babi atau kecebong atau kampret.

Huahahahahah

Friday, August 31, 2018

2038

Aku masuk ke dalam lift. Saat pintunya menutup, aku bisa melihat refleksi diri, kulit wajah yang kian keriput, beberapa uban mengintip di sela-sela rambutku yang sudah berulang kali aku cat. Aku membetulkan kalung mutiara yang menjuntai di atas gaun biru tua selutut. Senormal mungkin, Larasati, senormal mungkin.

Hujan tiba-tiba turun ketika aku sampai di parkiran. Aku bergegas masuk ke mobil, mengaturnya agar secepat mungkin sampai ke rumah.

Baru akan kukeluarkan kunci rumah, anak sulungku membuka pintu.

"Nak..."
"Maaf Rio baru pulang, baru dengar kabarnya tadi malam, ada sedikit masalah di imigrasi"

"Gak papa nak, gak papa"

Kami berpelukan dan bersama-sama menangis.

Rio memecah hening dan melihat arlojinya.

"Sudah jam 6 Bu, Ibu saja dulu, aku jaga-jaga"

"Tutup semua tirai ya nak"

Aku membasuh wajah dan tanganku, wudhu-sebuah kata terlarang, aku hendak menangis lagi, tapi ingat kalau menangis membatalkan wudhu sedangkan waktuku sungguh sedikit.

Di ruang yang sejatinya kamar pembantu, tersembunyi di balik gudang, setersembunyi mungkin, aku selesai sholat-kata terlarang lain. Aku cuma sholat dua atau tiga kali sehari sekarang. Seharian aku bekerja, orang bisa lapor polisi jika melihat aku sholat, dan aku bisa mati di tempat.

Aku berdzikir seingatku, mungkin aku kian pikun sedangkan hafalan Alqur'an- kata terlarang lain, ku terbatas. Aku ingat ketika warga komplekku berkumpul di lapangan membakar semua cetakan kitab suci yang tersisa, ada yang diam, ada yang bersorak sorai, aku hanya menggenggam tangan suamiku, ketakutan. Semilir angin menusuk tengkukku yang sejak dulu ditutupi jilbab- mulai saat itu, tidak boleh.

Ah suamiku, sekarang aku berdoa sambil memeluknya. Kemarin polisi mengantarnya dalam kotak kaleng, sudah jadi abu. Iya, bahkan pemakaman yang dulu aku kenal pun sudah tidak ada. Aku memeluknya, setelah bertahun-tahun hilang, ia pamit bergerilya katanya, pemerintah menemukannya bersama kawan perkumpulnya, membunuh di tempat, dibakar, hingga hanya abu yang dapar kukenang.

Aku melihat lubang-lubang di mukenaku yang usang.

"TIDAK, KAMI SETIA PADA NEGARA!" pekik sulungku dari depan rumah.

Aku tercekat, celaka! pemerintah tahu segalanya.

-BERSAMBUNG-

Tuesday, August 14, 2018

Skincare dan FOMO

Sore itu saya baru selesai menghadiri acara di Kebayoran. Karena males pulang ke kosan, saya memutuskan cari makanan di Gandaria City. Belum lapar, saya muter2 mall untuk window shopping. Kebetulan saya menemukan ternyata toko Nature Republic sudah buka di Gancit, saya mau masuk ke toko tapi dicegah oleh mbak SPG, ternyata saya harus antri dan ada sekitar 20 orang mengular di antrian yang areanya terpisah dari toko. Huah males banget, saya pun akhirnya mengurungkan niat sekadar liat-liat ke konter brand kosmetika asal Korea Selatan itu.

Skincare memang belakang menjadi hal yang saya hobi-i (is that even a word?). Pada dasarnya saya yakin semua orang butuh hobi. Ndilalah saya suka dengan hal berbau kecantikan dari saya remaja (tapi kok saya ndak cantik2? ya tuhan). Kenapa? ya karena enjoy aja dan saya merasa self esteem saya meningkat setelah merawat diri. Saya menyukai prosesnya, tidak melulu hasilnya.

Ngomong-ngomong soal self esteem. Hal itu gak muncul begitu saja dalam diri setiap orang, begitu pula pada saya. Kalau standar kecantikan ala industri saat ini bisa terukur misal 1 skor untuk kulit seputih Chelsea Islan, 1 poin lagi untuk rambut seindah Raissa, pastilah saya masuk tergolong pada kategori Tidak Cantik. But then, I decided to not buy those criteria. Akhirnya, kampanye industri kecantikan juga bergeser ke menghargai keberagaman.

Misalnya iklan Dove ini:



Atau iklan Fenty Beauty nya Rihanna yang ini


Terus, kalau jaman dulu iklan produk kecantikan banyaaak yang fokus dengan narasi 'cantik biar dapet cowok' things. kayak gini,


Sekarang mulai bergeser ke narasi kepercayaan diri, positive vibes dan lain-lain. But then ads is no longer a things.

Muncullah beauty blog, dimana orang-orang 'biasa' share tentang pengalamannya di internet. And then, muncul berbagai platform. Youtube, kemudian instagram. Dan disinilah saya mulai sering merasa FOMO (fear of missing out).

Mungkin sejak SMP saya suka follow beberapa blogger, selain fashion blogger ternyata ada juga spesies bernama beauty blogger. Karena ternyata saya lebih into ke skincare dan make up, jadilah saya lebih seneng mengikuti para byutiblojer ini hingga kini feeds instagram saya pun penuh dengan mbak2 yang 'mencoba' lipstik, pensil alis, masker, toner, serum berbagai merek. Makinlah FOMO menjadi-jadi.

Sebetulnya ada satu resep yang cukup ampuh menyembuhkan penyakit FOMO ini. Sadari bahwa influencer, memang bekerja untuk itu, mereka memakai dan mencoba kosmetik untuk dibayar. Memang tidak semuanya, tapi yakinlah ini komponen penting yang menyuburkan industri kecantikan, dan juga kita sebagai konsumen.

Jadi gimana?

Kalau saya balik ke niat bahwa skincare (dan make up) adalah bentuk self care, bentuk saya mencintai diri saya sendiri. Seperti, "here my skin, have a good things". No, you do not have to understand that. Karena mungkin kalian punya cara lain untuk mencintai diri kalian.

Itu saran idealisnya, kalau saran pragmatis ya: Tetapkan budget!. Realistis lah, kalau gaji kalian cuma 5 juta, masa mau beli serum La Prairie yang harganya tiga kali lipat gaji bulanan? sampe dibela-belain abisin limit credit card? Ooops. Misalnya kalian punya budget 500.000 per bulan untuk beli skincare dan pengen beli yang harganya lebih mahal dari itu, ya nabunglah sampe bulan depan, You won't die kok.

Dan wabilkhusus untuk skincare, it's much scientific that you think. Menjadi skincare geek yang belajar tentang berbagai kandungan dan zat aktif membuat saya lebih bijaksana dalam memilih dan menghabiskan uang untuk hal ini. Mempelajari step yang benar untuk menggunakan skincare juga lebih penting dibanding jor-joran menghabiskan uang untuk membelinya.

So,

Love yourself first and always

Xoxo

Wednesday, August 8, 2018

Die Trying

Kemarin, waktu kami mengajar anak-anak di Pulau Satando. Kami membuat pohon harapan. Membuat origami di mana anak-anak menuliskan harapannya di situ. Banyak anak-anak menulis cita-citanya di situ. Dokter, guru, polisi, presiden. Ah indahnya, ketika kita masih tau dan sudah tau akan jadi apa.

Namun aku sendiri bingung. Aku mau jadi apa? Mencapai jenjang karir apa di usia berapa? menikah kapan? punya anak berapa? punya rumah dimana? mulai mengajukan KPR kapan?.

Tumbuh dewasa begitu menyebalkan dengan segala pertanyaan yang menuntut rasionalitas.

Aku berpikir dan berpikir, anak-anak mulai menggantung origaminya.

"Ayo kak, kakak gantung juga"

Aku bingung menulis apa.

Kami menuju ke dermaga, bersiap pulang ke Pelabuhan Maccini Baji.

Mungkin aku tau aku ingin apa. Aku ingin mati saat aku masih berusaha. Mengusahakan segala apa sebaik-baiknya?.

Baik bagaimana?

Biar aku pikirkan dulu. Aku saja yang tau :)

Tepi Sungai Ciliwung,
9 Agustus 2018

Tuesday, July 31, 2018

Latihan Jadi Orang Kaya

disclaimer: ini adalah tulisan orang awam, kalau ada yang keliru, mohon dibetulkan supaya saya tidak tersesat.

Waktu itu saya lagi jalan-jalan di Plaza Senayan bareng Hanap. Pas lewat TWG, saya nyeletuk, "Nap makan takjil di situ yuk, hahaha". "Iya biar kayak Nindy Harsono" kata Hanap.
Pas bulan puasa, kami betulan janjian buka bersama di kedai teh ala ala sosialita itu. Menunya ternyata gak mahal-mahal amat. Walau ya jelas lebih mahal daripada teh pucuk harum andalanque. Setelah itu pun saya puas "Oh gini toh rasanya jadi orang kaya".

Emang bener kata Robert T. Kiyosaki. "poor people buy luxury first while rich people buy luxury last". Yang saya lakukan ketika kebelet ngeteh di TWG adalah merasakan menjadi orang kaya as I seen it.
Begitu pula dengan mayoritas kita yang beli mobil, baju, perhiasan, bahkan travelling supaya *kelihatan kayak orang kaya*.
Gak ada yang salah memang, tapi kita telah meniru orang kaya dengan cara yang salah. Bukan tentang cara mereka menjadi kaya tapi hanya meniru 'kulit' mereka saja.

Kemarin saya baca Rich Dad Poor Dad (RDPD) , buku ini lumayan bikin kesel karena terang-terang an menjadi manual book menjadi orang kaya di era kapitalisme. Tapi, ada beberapa pencerahan yang saya rangkum dari buku ini.

Asset vs Liabilities
Salah satu pelajaran paling ngena dari Buku RDPD adalah pengetahuan tentang asset dan liabilities. Apa bedanya? pemahaman paling simpelnya adalah: aset menghasilkan uang, sedangkan liabilities, dari terjemahannya saja sudah kelihatan: kewajiban, yaitu menghabiskan uang kita.

Misal kita punya rumah, apakah itu termasuk asset atau liabilities?. Tergantung! kalau rumah itu kita sewakan dan menghasilkan uang ke kantong kita, maka rumah itu adalah asset, kalau rumah itu kita tinggali dan setiap harinya membuat kita wajib merawatnya dan kita mengeluarkan uang, maka rumah itu liabilities.

Saya tahu pernyataan tadi bikin kzl sebagian besar orang, terutama yang masih nyicil KPR hingga puluhan tahun yang akan datang. Hihi. Tapi kalau sudah bisa bedain, nasihat Kiyosaki: kumpulkan asset, bukan liabilities.

Kiyosaki memang seorang investor real estate, dan di RDPD dia banyak menceritakan tentang detil bisnisnya itu. Yang mana saya masih perlu banyak belajar. Tapi saya jadi merefleksikan 'perjalanan' investasi saya selama ini.

Kenapa investasi? simpel, karena saya GAK BISA NABUNG. Kalau nabung sedikit pasti gatel untuk ambil dan dipakai untuk konsumsi barang-barang yang gak penting. Setelah nyoba investasi saya jadi lumayan semangat ngatur duid. Maka izinkan hamba menutur sebuah cerita, tentang perduitan dunia ini.

1. Bitcoin
Saya kenal bitcoin Lebaran 2017, waktu itu harganya masih 40 jutaan per BTC. Saya iseng beli nol koma nol sekian, setelah itu ternyata BTC booming banget sampe pada akhir 2017 harganya naik hingga 200 jutaan. Kemudian perlahan turun seiring banyaknya bank sentral yang melarang penggunaan bitcoin. Sekarang harganya berkisar di 100 jutaan. Volatile banget kan?. Tapi keunggulan BTC yang saya rasakan ya liquid banget dan (almost) completely anonymous.
Kalau perihal teknis kayak blockchain dan sebagainya saya gak kuat lah ya jelasin di post ini. Hehe. Yang jelas, setelah nyoba invest BTC saya jadi makin kepo tentang ekonomi dan ekonomi makro, yang membuat saya makin sadar kalo investasi tuh penting. Saya juga bersyukur pernah rugi 'mainan' BTC ini. Biar gak kapok dan makin belajar produk investasi yang lain. Oia, saya pure pake BTC untuk investasi, bukan untuk transaksi, jadi gak melanggar hukum lah ya Bu Sri Mulyani~ hehehe~
Saya beli BTC di indodax.com (dulu bitcoin.co.id) walaupun liquid (bisa dicairkan kapan saja) di situ juga ada biaya admin tiap setor dan tarik. Sekarang makin banyak cryptocurrency lain kayak Ethereum, Stellar Lumens, Bitcoin Cash dan masih banyak lagi. Cuma saya belum tertarik lagi buat ngulik.

2. Peer to peer Lending (P2P)
Kalau bitcoin cukup bikin pusing. Saya juga kenal instrumen investasi yang logikanya cukup simpel. Saya kenal platform indves.com dari Afina. Singkatnya, indves menyediakan berbagai usaha level UMKM yang membutuhkan investor. Dijelaskan juga berapa dana yang dibutuhkan dan prospek bagi hasilnya serta jangka waktu imbal hasil (beragam dari 6 bulan hingga 1 tahun).

Saya coba invest di situ, untuk 3 bisnis berbeda dengan jumlah berbeda. Alhamdullilah semuanya melebihi prospek imbal hasil. Walau ya kelemahannya gak liquid tapi prosentasi bagi hasilnya lumayan, sekitar 5% kalau gak salah. Jadi cocok buat yang baru punya uang sedikit dan mau nyoba2 inves. Dan poin plusnya ya membantu UMKM.

Sayang, web indves sekarang sudah gak aktif, jadi investasi saya sudah selesai semua dan saya alihkan ke pos lain. Banyak platform P2P lending lain sih, kayak iGrow, Koinworks, Amartha finance dan masih banyak lagi. Tapi saya masih mager untuk nyoba. hehe

Penjelasan lengkap P2P Lending, bisa ditonton di video ini


3. Emas
Ini mungkin investasi favorit Ibu2 ya, pelajaran sederhana dari mama saya: emas untuk investasi ini lebih baik dalam bentuk batangan, bukan perhiasan.
Terus kepikiran dong, wagelaseh batangan trus kudu beli sekilo gitu? Haha. Padahal 1 gram nya aja 500ribu++. Nah terus saya baru tahu kalau tabungan emas itu bisa beli dicicil. Saya tahunya dulu di Pegadaian. Sempet pengen nabung emas di Pegadaian tapi mager yes harus ke cabang terdekat.
Kemudian saya tahu ada apps namanya Tamasia. Anak digital banget kan semuanya maunya serba apps. Di Tamasia, minimal pembelian emas kelipatan 10ribu rupiah aja dan bisa langsung cetak emas tanpa biaya tambahan.

Harga emas emang relatif stabil dibanding rupiah yang tiap tahun inflasi. Tapi kalau kata Jouska, sebenarnya harga emas dipengaruhi banget sama US dollar. Jadi ya gitu, "berdoa harga emas naik sama aja kayak berdoa dollar naik". Btw, anyway busway, harga emas internasional bisa dicek di kitco.com.

Oia, kalo mau beli emas di Tamasia pake referral code 9W5GC2R

4. Reksadana
Sebenernya sering baca kata ini, reksadana. Tapi ya mbuh gak tau itu barang apa. Ada video yang tuntas banget ngejelasin tentang reksadana, silakan ditonton yaa, karena saya mager jelasin. LOL
silakan tonton videonya di sini



Dan saya coba reksadana ini di Bukalapak- Bukareksa, simply karena waktu itu saya dateng seminarnya mereka. Hahaha, sungguh target pasar yang empuk akutu~.
Yang bikin reksadana seru ini adalah pertumbuhannya bisa dipantau tiap hari. Ada option syariah juga. Gak bisa bilang banyak sih, karena saya juga baru mulai. Sejauh ini kelebihannya ya 1. bisa mulai dari jumlah yang sedikit 2. cukup liquid 3. Gak pake mikir karena sudah ada manajer investasi. Kekurangannya ya tetep nilainya volatile. Tapi tiap naruh reksadana, kita harus baca prospektus, nah itu bikin kita kayak orang penting gitu lho~ hahaha apasih, padahal sharenya cuma gopek, ya mending lah daripada gak sama sekali.

Oia, kalian bisa pake referral code qu untuk belanja di BukaLapak BINAR_LESTARIAWWN

Kesimpulan:
Saya merasa kita harus mulai investasi sedini mungkin (wedeh udah kayak Harmoko eug). Kenapa? kalau kamu (saya) karyawan, kemungkinan besar kita gak punya waktu untuk menjalankan bisnis sendiri. Investasi jadi jalan duit kita muter tanpa kita perlu capek, ya capek mikir dikit sih.
Nah, pas mulai inves, saya jadi sok baca The Economist, Forbes, Bloomberg alih-alih Lambe Turah. Hahaha, karena duit saya sekarang lagi diputer sama dunia, ciegitu, maka saya juga harus update sama perkembangan dunia.

Gak lah, gue nabung aja gak mau ribet. Ya silakan. Oia prinsip investasi juga jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang, jadi menabung cold hard cash ya tetep perlu.
Kemudahan lain sekarang adalah semuanya bisa diakses di HAPE. On your fingertips ceunah. Gak perlu panas2an atau antri di bank, pake harus dandan biar mbak2 CS ramah ngeladenin kita. Great kan sobat magerqu?

Literasi finansial kita juga meningkat, udah banyak lah kisah om tante saya yang duitnya ilang ketipu investasi bodong. Start young, fail young, biar makin tua kita makin 'pinter' DAN MAKIN KAYA. Hahahaha aamiin.

Intinya jangan males sih. Selain jangan males kerja (nyari duit) ya jangan males belajar ngatur duit.
Kalau kata Rhoma Irama ya yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin~
kenapa? karena orang kaya inves dan orang miskin belanja.

Weh! poor shaming! Yasudahlah sobatqismin qu semoga ga qismin terus ampe tuwa, aamiin.

Sunday, May 20, 2018

Mencampur Kosmetik a la Safiya Nygaard


Youtuber 'alumni' Buzzfeed ini telah menciptakan tren tersendiri dalam menciptakan konten beauty video, yaitu mencampur semua koleksi produk kosmetiknya untuk bikin satu produk baru. Cewek dengan lebih dari 4 juta subscribers menamai series ini "Bad Make Up Science". Sejauh ini Safiya udah mencampur, foundation, lipstik, eye shadow, liquid lipstick dan highlighternya. Bahkan baru-baru ini ia beli sekitar 600 lipstik di Sephora untuk ia lelehkan dan cetak untuk kemudian dibagikan kepada para subscribersnya sebagai giveaway.

credits: Safiya Nygaard

Tren Bad Make Up Science a la Safiya ini jadi diikuti oleh para content creator Youtube lokal dan luar negeri. Bahkan gak cuma makeup, banyak youtuber yang mencampur minuman, makanan bahkan slime. Safiya dan beberapa beauty vlogger seperti Tati, Manny MUA hingga Tasya Farasya yang mencampur makeupnya on camera ini mengaku puas dengan produk ciptaan mereka itu.

Mencampur makeup seperti foundation misalnya, sebenarnya umum dilakukan oleh MUA untuk mendapatkan warna yang paling pas dengan warna kulit kliennya.

Anastasia Beverly Hills juga sempat meluncurkan lip pallete yang membuat kita bebas berkreasi dan menemukan warna lipstik favorit kita.

Dengan mencampur makeup, kita bisa menemukan warna makeup yang sesuai dengan warna kulit atau selera kita. Kalau misalnya bosan dengan warna lipstik atau eyeshadow yang kita miliki, kita bisa campur beberapa warna untuk menciptakan warna yang baru, meskipun gak seekstrim Safiya yang mencampur semua koleksinya.

Walau terdengar seru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat akan mencampur produk kosmetik. Perhatikan ingredients nya! ada beberapa bahan aktif yang tidak boleh dicampurkan bersamaan, misalnya retinol dan vitamin C atau salicylic acid dan glycolic acid. Aturannya mirip dengan hal-hal yang harus kita perhatikan saat akan menggunakan produk skincare.

Meskipun demikian, makeup relatif lebih aman untuk dikombinasikan. Karena menurut Gilbert Soliz, Sephora Pro Lead Artist, kandungan produk high end dan drugstore bahkan seringnya relatif sama.

Kebersihan proses dan alat yang digunakan pada saat mencampur makeup juga harus diperhatikan, supaya makeup tetap higienis sehingga aman untuk disimpan dan dipakai dalam jangka waktu yang lama.

Jadi, siap bereksperimen?



Saturday, May 19, 2018

Menyambut Lipstik ElsheSkinxTasyaFarasya

Credit: @Healthy Skin Beautiful Skin 

Nude matte lipstick ternyata belum kehabisan pamornya di Indonesia. Brand asal Jogja Elshe Skin bekerja sama dengan beauty vlogger Tasya Farasya meluncurkan tiga bullet lipstick dengan formula matte dan range warna nude.

Elshe skin memang cukup populer dikenal dengan range skincare dan klinik kecantikannya. Sebelumnya, brand ini juga sempat meluncurkan lima warna matte lipstick yang banyak direkomendasikan oleh para beauty personality seperti Suhay Salim, Alifah Ratu Saelynda dan Tasya Farasya sendiri. Dalam video di akun instagramnya, Tasya mengungkapkan kecintaannya terhadap formula lipstik Elshe Skin yang membuatnya mau diajak kolaborasi untuk menciptakan warna-warna yang wearable.

Credit: @tasya farasya

Tiga warna baru ini diberi nama Dream (nude dengan nuansa pink), Wish (nude keunguan) dan Hope (nude kemerahan). Jika koleksinya yang dulu dibanderol 49 ribu rupiah per bullet, belum ada informasi berapa harga koleksi terbaru dari Elshe Skin ini. Belum jelas juga apakah koleksi ini kan dijual dalam bundle atau bisa dibeli satuan. Peluncuran produk ini akan dilaksanakan di Cafe La Moda, Plaza Indonesia 26 Mei mendatang. Semoga formula lipstik baru Elshe Skin ini senyaman koleksi sebelumya ya.

Siap menambah koleksi lipstik nude?


Sunday, February 25, 2018

Curhat: Tentang Belajar Islam

Jadi gini,

Beberapa waktu yang lalu saya memutuskan untuk ikut sebuah 'program' belajar tentang Islam. Singkat cerita, dua pekan (yang artinya dua kelas) saya ikut program tersebut, saya memutuskan untuk keluar, karena gak cocok. Haha

*sebetulnya saya ingin cerita lebih detil, tapi ndak usahlah

Jadi gini,

Kalau boleh dibilang, saya berasal dari keluarga yang gak religius-religius amat. Saya baru memutuskan belajar dan mendalami Islam ketika saya memutuskan untuk memakai jilbab, pada tahun 2012. Itu semua atas kemauan saya sendiri, karena saya suka!. (Dan kalau boleh sok-sok an) saya merasa it's my calling. Wedeh.

Di blog ini saya bahkan nulis beberapa tulisan dengan tags: Islam.

Waktu kuliah saya bergabung ke kelompok liqo. Mentor saya baik banget, namanya Kak Ana. I miss her and my group. Hehe.

Oke, kelompok saya ini memang terafiliasi pada salah satu aliran. Tapi sekitar 4 tahun saya bersamanya, saya merasa kami sangat open minded.

Waktu berlalu,

Hampir semua pengajian udah saya cicipin. Dan beberapa waktu yang lalau itu. Saya merasa, kok gini sih. Susah dijelaskan dengan kata-kata. Seperti, saya kehilangan 'rumah'.

Saya gak cocok dengan satupun pengajian yang saya cicipi. Ada suatu kecenderungan yang saya endus: satu kelompok pasti akan menganggap dirinya yang paling baik, dengan demikian, ia akan menganggap kelompok lain tidak sebaik dirinya.

Kemudian saya kecewa. Tapi kecewa sama siapa?

Hingga detik ini saya percaya, Islam baik, tapi Muslim (orangnya) belum tentu demikian.

Saya capek denger 'saudara-saudara' saya berantem. Semoga saya gak jadi ignoran dan menjauh.

Kalau kamu yang baca ini kenal saya dan merasa saya butuh 'disembuhkan' please call me. Kalau enggak, ya cukup doakan saya.

Hmm
Makasih

Sunday, February 18, 2018

Hidup Kita Setelah Internet

Tadinya, saya mau menulis ulasan dua buku yang saya baca di bulan Januari, yaitu Modern Romance oleh Aziz Ansari dan Show Your Work oleh Austin Kleon. Tapi kayaknya dua buku itu membahas sesuatu yang mirip: perubahan hidup kita setelah internet.

Modern Romance- yang ternyata saya baru tau kalo penulisnya adalah aktor slash stand up comedian, yang habis dituduh melakukan pelecehan seksual- membahas soal dating, pacaran, mencari jodoh you name it, wabilkhusus setelah ada internet dan tentunya beragam media online dating. Sebenernya pas gue remaja juga udah mulai merasakan mengamati fenomena ini. Kala itu, beberapa temen gue (nahloh tadi saya sekarang gue) kenalan sama cowok lewat nomer yang sms nyasar trus mereka pacaran lewat sms gitu, wtf. Pas udah ada sosmed, sodara gue juga ada yang ketemu jodohnya di internet, ketenmu pertama kali langsung lamaran dan kemudian menikah, sekarang mereka hidup bahagia bersama dua orang anak. Walaupun gak semua kisah cinta internet berakhir manis, fenomena ini juga banyak dimanfaatkan oknum tidak bertanggung jawab.


sekarang tokobagus jadi OLX yakan?

Insight utama dari buku ini, iya loh kita masih bahas buku kan. Internet expands pilihan kita tentang calon jodoh potensial. Dan seperti apapun yang banyak pilihannya, orang jadi semakin berlama-lama dan tambah picky memilih pilihan yang ada di depan matanya. Online dating bukanlah dating, ujar Ansari melainkan media perkenalan aja. Maka kopi darat adalah menjadi penting, wakakak. Ya teknologi mungkin belum mengijinkan kita ena-ena virtual, waks. Dan karena kita (jika beruntung) akan hidup dengan orang beneran, bukan dengan persona nya di sosial media.


"We have two selves: a real-world self and a phone self, and the nonsense our phone selves do can make our real-world selves look like idiots." (Aziz Ansari, Modern Romance)
Kamu bisa unduh buku Modern Romance di sini 

Buku kedua adalah "Show Your Work!, 10 Ways to Share Your Creativity and Get Discovered" by Austin Kleon. Panjang ya judulnya, buku ini adalah buku kedua yang saya beli di Google Play Book pake email kakak saya (tanpa sepengetahuan beliau) biar dapet diskon 90%, soalnya jatah akun saya udah buat beli buku Hygge.


Buku ini menerangkan bahwa social media is actually good, terutama untuk para (but not limited to) pekerja kreatif. Sebelumnya, saya selalu risih dengan orang-orang yang terlampau pede memamerkan dirinya di sosmed. Tapi setelah baca buku ini, sesuai dengan yang Kleon katakan: if your work isn’t online, it doesn’t exist.

Btw, penulis buku ini juga aktif menulis di austinkleon.com

Saya sendiri menyaksikan beberapa orang yang rising di jagad maya, misalnya Diana Rikasari atau Suhay Salim. Mereka konsisten dengan karya mereka sehingga bisa sampe kayak sekarang. And I? nontonin doang, wkwk.

Yang saya highlight dari buku ini adalah betapa kita harus menghargai proses. Jadi inget, dulu pas kecil saya sering kepengen menang lotre, tiba-tiba terkenal, tiba-tiba jadi dokter dan tiba-tiba yang lain. Kemudian saya sadar bahwa pendidikan adalah satu-satunya hal yang tidak bisa dibeli hanya dengan uang. Belajar adalah tentang proses, dan tidak jarang memang pedih. Kita lihat selebgram sekarang bisa hidup foya-foya, tapi di balik itu pasti ada struggle yang gak mereka perlihatkan ke publik. Atau ada tagihan utang yang memnti dibayar tiap bulan, hehe #julid. We never knows

Selain dua buku tadi, saya juga baru menemukan tv series yang membuat umm... Pernah gak abis nonton atau baca sesuatu trus kita kayak mindf*cked gitu. Haha, diem, mikir, bingung.



Begitulah yang saya rasakan kalau habis nonton episode demi episode Black Mirror. 

Black Mirror adalah serial tv Inggris yang ditayangkan di Netflix sejak Desember 2011. Berbeda kayak tv series pada umumnya. Black Mirror lebih mirip antologi yang ceritanya gak nyambung tiap episodenya. Tapi ada tema besarnya: teknologi dan kehidupan manusia.

Saya gak mau spoiler ceritanya di sini. Tapi intinya, kalau kalian nonton dari season 1 episode 1. Siap-siap bereaksi "apaan sih inih?!" atau simply "what the f**k".

Kalau kalian butuh stimulasi buat berpikir tentang eksistensialisme, tonton satu aja episode Black Mirror, abis itu kalian akan mikir:
kenapa kita suka banget mempermalukan orang?
kenapa kita berbuat baik?
kita ngumpulin uang untuk apa sih?
apa kamu percaya orang yang kamu sayang gak bohong?
apa yang terjadi setelah kita mati?

dll dsb dst ampe mumet

Black Mirror menohok kita dengan sarkasme yang begitu dekat dengan kehidupan manusia. It's science fiction, but it doesn't seems like fiction at all.

At the end of the day, kita tau bahwa apa yang ada di internet itu tidak nyata

but

what is real, anyway?


Monday, January 1, 2018

Buku Terbaik pada Tahun 2017

Ijinkan saya membuka tahun baru ini dengan memamerkan beberapa buku bagus yang saya baca di tahun 2017. Karena bingung kalau harus mengurutkan, maka saya bagi saja sesuai potongan identitas saya, hingga kenapa saya bisa bilang buku-buku ini layak kalian baca.


1.      Sebagai orang Indonesia, Pulang oleh Leila S. Chudori


Saya membaca Pulang di awal tahun 2017 dan selesai dalam waktu kurang lebih seminggu- karena saat itu saya masih nganggur, hehe. Tapi novel ini benar-benar bagus, bahkan mungkin salah satu karya fiksi terbaik yang pernah saya baca. Walaupun fiksi, novel ini meng-capture momentum bersejarah di Indonesia. Diawali dengan cerita sekawanan teman pada tahun 1965 hingga mereka terpaksa menjadi eksil di Eropa hingga ‘reuni’ anak-anaknya pada konflik 1998. Dua tahun keramat bagi Indonesia, namun bagi sebagian besar anak-anak milenial, hal ini masih menjadi misteri. Drama keluarga yang dibalut kemelut situasi politik dituturkan dengan indah oleh Leila S. Chudori, membuat Pulang layak dibaca oleh setiap warga negara Indonesia atau mereka yang ingin belajar tentang Indonesia.

2.       Sebagai Muslim, Dalam Dekapan Ukhuwah oleh Salim A. Fillah


Buku ini mungkin menjadi satu-satunya ‘penyejuk’ dalam daftar buku terbaik Binar tahun ini. Hehe, becanda. Saya sudah membaca salah satu buku karya Salim A. Fillah yaitu Saksikan Bahwa Saya Seorang Muslim. Kemudian kembali dipertemukan dengan buku ini, yang boleh dibilang adalah sekuel dari bukunya terdahulu. Setelah memantapkan identitas sebagai seorang Muslim, kita perlu belajar dan menata interaksi kita dengan sesama Muslim yang lain, atau bahkan orang lain yang non-muslim.
Salim A. Fillah adalah salah satu ulama muda yang produktif menulis buku-buku berkualitas. Ia selalu dengan apik menyisipkan cerita Nabi dan sahabat-sahabatnya, sejarah hingga kutipan dari buku-buku self help modern untuk memberikan ilustrasi atas pesan yang ingin disampaikan.
Buku ini wajib dibaca bagi siapapun yang ingin menjadi Muslim yang baik, bukan untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk sesamanya.

3.       Sebagai Pekerja Sosial, Doing Good Better oleh William McAskill

Ulasan buku ini sudah ditulis di sini. Dengan jalur ‘karir’ yang saat ini saya pilih, saya selalu meragukan “apa yang saya perbuat sudah benar?”. Saya membaca buku ini, berharap menemukan jawaban, ternyata tidak, yang saya alami malah jadi makin skeptis. Buku ini cukup mengobrak-abrik nalar saya tentang berbuat baik. Intinya, perbuatan baik akan sangat mungkin berakhir menjadi egoisme jika tidak diperhitungkan dengan baik. Berbuat baik bukanlah “yang penting niatnya”. Hehe
Seperti judulnya, buku ini cocok untuk mereka yang ingin berbuat baik, dengan lebih baik.

4.       Sebagai Perempuan Bekerja, Lean In oleh Sheryl Sandberg.


Buku ini kayaknya udah menjadi feminis abad 21 starter pack ya, haha. Sudah lama banget pengen baca buku ini hingga akhirnya bisa download di archive.org. Buku ini menceritakan perjuangan Sandberg sebagai perempuan yang bekerja di bidang STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics).

Waktu liat reviewnya di goodreads sih banyak yang kritik kalau Sandberg nulis memoar hidupnya dari sudut pandang elitisnya yang duduk di C level perusahaan (sandberg adalah COO, Chief Operating Officer di Facebook). Tapi sebenarnya kalau kita resapi (woelah) cerita Sandberg dalam buku ini, ia tidak mendapatkan posisinya sekarang dengan mudah dan ia selalu berani speak up untuk menyuarakan kebutuhan (atau unek-unek) nya sebagai perempuan di lingkungan kerja. Insight lain yang saya dapat dari buku ini adalah: sangat susah jadi Ibu yang sempurna, bahkan hampir tidak mungkin. Everyone got their own battle lah.

5.      Sebagai Twentysomething, The Defining Decade oleh Meg Jay






Pernah denger quarter life crisis? Rasa-rasanya setelah lulus kuliah dan akhirnya kerja ‘beneran’ di usia 23 ini, banyak banget perubahan dalam hidup ini. Kemudian saya berpikir, ada gak sih semacam manual book untuk melewati semua ini. Alhamdulillah saya direkomendasikan buku ini oleh Gina, makasih Gina.

Meg Jay berargumen kalau usia 20an ini adalah periode yang sangat krusial untuk perihal karir, percintaan dan kesehatan manusia. Buku ini kayak semacam membantah paham western yang mendikte YOLO (mumpung muda, gak usah serius-serius lah). Justru pada periode ini kita kudu kerja keras, harus belajar dewasa menghadapi segala cobaan hidup #waniperihsquad #uopo. Intinya kalau kalian remaja yang menghadapi kebingungan a la twentysomething kayak saya, buku ini patut dicoba lah. Hehe

6.      Sebagai Manusia, Sapiens oleh Yuval Noah Harari


Ini buku yang super mindblowing, dah gitu aja, haha. Pas niat membaca buku ini adalah karena lihat kak Afutami baca buku ini di akun goodreads nya. Dan kayaknya buku ini juga hype banget di sosmed, saya jadi nyadar kalau tren yang paling susah diikuti adalah tren baca buku. Effortnya paling susah bok.

Kalau dibilang buku ini ‘hanya’ buku antropologi kayaknya menyempitkan banget ya. Argumen dasar Harari adalah: homo sapiens itu ya hewan, tapi kok kita bisa jadi menguasai bumi ini? Dikupas lah segala sejarah dari revolusi agrikultur hingga hari ini, buku ini menjawab banyak banget pertanyaan yang mungkin ada di benak kita sejak kecil, kenapa begini kenapa begitu. Yang paling penting, Harari menuturkan segala kerumitan dunia dengan bahasa yang mudah dicerna awam kayak saya. Bab paling mindf*cking buat saya adalah tentang modern economy. Intinya kalian harus cepet-cepet baca buku ini kalau gak mau ketinggalan hype intelektual masa kini. Hahahah

Saya tidak menyelesaikan terlalu banyak buku tahun ini, hanya sekitar 11 judul kalau tidak salah. Yang menarik adalah, buku nomor 1 dan 2 adalah buku pinjaman, sedangkan yang lain adalah e book yang saya baca dari hp. Bersyukur sih dikenalkan dengan google playbook untuk membaca e book dengan format e pub. Pokoknya aktivitas membaca jadi lebih enak (am I sound like bad spokeperson?) haha. Dan tahun ini kayaknya saya juga lebih suka baca buku non fiksi. Dengan fitur read aloud di google playbook juga memudahkan saya untuk memahami buku yang berbahasa Inggris.


Semoga di 2018 kita makin semangat belajar ya, aamiin J