Saturday, December 7, 2019

Spaghetti Marshmallow Challenge

Pada waktu onboarding Think Policy Society beberapa waktu lalu, kami bermain Spaghetti Marshmallow Challenge untuk ice breaking atau mengakrabkan diri satu sama lain.

Detail game atau tantangan ini bisa dilihat di sini hahaha dasar penulis malas

Intinya kami sebagai tim disuruh membuat menara dengan spaghetti, selotip dan benang setinggi mungkin dengan marshmallow berada di pucuknya, menara yang paling tinggi yang menang. Waktu pembagian kelompok, kebetulan gue sekelompok sama Afu dan dia langsung bilang "ayo kita fokus menang" hahaha kurang lebih gitu deh. Karena takut tangan gue yang clumsy akan mengacaukan pembangunan menara kami, gue memilih tugas remeh-temeh yaitu: nyobekin selotip. Tapi ternyata dengan demikian pembangunan menara berjalan dengan efektif dan efisien karena stok selotip selalu aman dan tersedia. Duileh serius amat. Dan tibalah masa pengukuran menara masing-masing kelompok daaan, yeaay kelompok kami menang!.
Menara kami yang akhirnya menang! yeay!

Anggota kelompok yang happy karena menang


Setelah game selesai, saatnya wrap-up. Hana, sang instruktur memberi kami tebak-tebakan kira-kira kelompok apa yang paling banyak berhasil dan paling banyak gagal dalam game ini?. Ternyata jawabannya: yang paling sering berhasil: anak TK, yang paling sering gagal: mahsiswa/i MBA. Hahaha. Kenapa begitu? salah satu faktornya adaalah: anak-anak MBA ini terlalu banyak bacot, pake teori dan gak langsung nyobain, ga ada yang mau ngalah.

Ternyata dibahas bahwa peran apapun penting. Exactly keputusan saya untuk guntingin selotip doang adalah sangat tepat. Kalau kata YSEALI, "no act is too small" *kalogaksalah yaa. Haha.

Kalau direfleksikan ke dunia nyata, saya kerap dan sering mengeluh karena yang saya kerjakan terlalu 'remeh-temeh'. Sama seperti pekerjaan guntingin selotip tadi. Tapi toh itulah yang membuat menara berhasil berdiri.

So, remember

No act is too small.


No comments:

Post a Comment