Sunday, January 2, 2022

Buku-Buku yang Menemani Saya Grieving

Tadinya tulisan ini mau saya jadikan part 3 kelanjutan dari 2 tulisan saya kemarin. Tapi kayaknya daftar buku-buku dalam list ini lebih dari yang bisa saya muat dalam post ini, haha. Jadi saya putuskan part ini adalah bagian tersendiri, yang mungkin nanti ada part 2 nya juga. Haha lieur.

Kuliah psikologi membuat saya mengenal istilah grieving, ini berbeda dengan mourning atau berduka, ya memang kadang-kadang saya merasa Bahasa Indonesia masih kekurangan kosakata. Kalau baca dari sini sih, mourning adalah ekspresi dari grief. Jadi grief tuh gak selalu 'kasat mata' seperti menangis atau marah.  Emosi manusia memang kompleks, tidak terkecuali grieving. Di sini saya gak akan bahas 5 tahap-nya Kubler-Ross yang terkenal itu, hehe. Karena percayalah saya juga gak tahu saya sedang ada di tahap mana.

Saya bersyukur punya support system yang baik selepas Bapak saya berpulang. Keluarga inti, teman-teman, kolega, semuanya mendukung saya dengan berbagai cara. Namun ada kalanya saya sendiri, berkontemplasi dengan pikiran-pikiran saya sendiri. Beberapa cara saya lakukan agar tenggelam dalam perasaan sedih yang berlebih, salah satunya baca buku. Saya juga berada di lingkungan yang gemar membaca buku, tapi ada yang 'lucu', saya sering merasa orang-orang di sekitar saya meng-underestimate buku-buku yang berlabel self help. Mungkin karena sebagian besar teman saya juga memiliki latar belakang psikologi, sehingga menganggap buku semacam ini adalah pseudoscience dan terlalu pop. Duh apakah teman-teman saya terlalu fafifu wasweswos 😂

Namun, semakin dewasa saya semakin berani untuk 'bodo amat' dengan standar orang-orang. Toh, ini hidup saya, jika saya menikmati dan merasa terbantu dengan buku-buku 'receh' ini, gapapa dong, you do you, hidup aing kumaha aing, Lol

So, let's unapologetically reading self help books

Berikut buku-buku yang saya baca tahun 2021 dan saya suka kontennya, serta sedikit banyak membantu proses saya grieving.

- How to Stay Sane by Phillipa Perry




Hari itu Mama menelepon dan mengabari Bapak masuk rumah sakit tiba-tiba. Saya dan kedua kakak saya pun sepakat pulang ke rumah. Karena buru-buru, saya packing seadanya. Tahu perjalanan ke rumah dengan kereta api akan lumayan lama, saya sekenanya mengambil buku yang baru saya beli dengan niat menemani perjalanan saya pulang.

Ternyata saya menamatkan buku ini selama perjalanan itu, sudah lama saya tidak membaca satu buku sekali duduk. Seperti layaknya terbitan The School of Life yang lain, buku ini sangat 'ringan' untuk dibaca dengan bahasa yang mudah dipahami. Phillipa Perry- yang juga seorang psikoterapis menulis buku ini dengan praktikal, ada beberapa 'latihan' yang bisa kita coba untuk menjadi tetap waras- sebagaimana judulnya.

Ada empat bab dalam buku ini, salah satunya adalah Stress, lah gimana, mau waras kok malah disuruh stres.

"no stress at all means that the brain does not get any exercise. A brain is not unlike a muscle, in that the cliche 'use it or lose it' applies." -Phillipa Perry

Game apapun menjadi seru karena memiliki tingkat kesulitan tertentu, begitu pula hidup- akan makin exciting dengan kesulitan tantangannya, dan semoga kita terus semangat naik level. Dunia seperti tahu, saya menamatkan buku ini tepat 5 hari sebelum Bapak berpulang, seolah seperti menyiapkan saya menjalani 'level' baru.

- What I Know For Sure by Oprah Winfrey




Saya menghadiahi diri sendiri kindle ketika berulang tahun, karena sudah lama ngidam dan akhirnya tahun lalu ada budgetnya, salah satu benda duniawi yang saya kira dapat menjadi penawar kesedihan. Namun ternyata ada 'tugas' yang pasti harus saya selesaikan setelah beli kindle: beneran dipake buat baca buku 😂. Buku ini adalah buku pertama yang saya tamatkan di kindle.

Semua orang kayaknya tahu siapa Oprah Winfrey, beberapa mungkin tahu juga dia punya masa lalu yang kelam. Tidak mudah menjadi perempuan kulit hitam di ranah televisi AS saat itu. Buku ini memuat- seperti judulnya, hal-hal yang Oprah yakini selama ia hidup. Kalau lihat reviewnya di goodreads, ada yang kritik semacam "ya iya lah ngomong mah gampang, elu populer dan kaya raya". Mungkin ada benarnya, tapi saya sangat salut dengan approach Oprah di buku ini, alih-alih 'menyuruh' pembaca sukses sepertinya, dengan cara dia, Oprah seperti mempuk-puk punggung kita seraya bilang "gak papa kok kalau hidup kamu sekarang sulit".

Dari delapan bab yang ada, saya paling suka bab Resilience. Resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit. Seperti saya, mungkin Anda juga perlu membaca kutipan Oprah di bab ini:

“I have always prided myself on my independence, my integrity, my support of others. But there’s a thin line between pride and ego. And I’ve learned that sometimes you have to step out of your ego to recognize the truth. So when life gets difficult, I’ve found that the best thing to do is ask myself a simple question: What is this here to teach me?” -Oprah Winfrey





No comments:

Post a Comment