Tuesday, August 4, 2015

Sayur Tanpa Garam


Pasti kalian juga bosen bin sebel kan ditanyain sodara- sodara kapan lulus? Kapan kawin? Yang kemaren mana? #eh. Dan untuk saya ada satu kalimat yang rasanya wajib saya terima dari handao taulan ini: "tambah gede ya?" dan sejenisnya, haha. Dulu sih pasti sakit hati banget kalo denger gitu. Sekarang cuma dijawab "Alhamdulillah" sambil senyum aja mereka diem :) and I feel win haha. Lucu juga karena di hari Lebaran ada kawan yang mengeluh karena dibilang kurus oleh sodara- sodaranya. Hmm namanya juga manusia.

Ternyata tidak sesimpel itu, kenapa sih berat badan jadi hal yang sangat sensitif di dunia ini?. Berat badan adalah ukuran termudah dan paling tampak untuk mengukur kesehatan seseorang. Kurang lebih seperti itu kutipan dari reality show "The Men That Made Us Thin". Memang benar, untuk mengukur gula darah, kolesterol, atau tekanan darah pastinya lebih ribet dan sulit. Jadilah berat badan yang dijadikan ukuran paling umum untuk 'kesehatan'. Masuk akal juga menurut saya.

Kemudian Ibu saya membujuk saya untuk melakukan diet mayo yang sedang ngetren banget itu. Ibu saya memang berada di garda terdepan untuk masalah kurus kurusan, haha. Oke, karena Ibu mau menyediakan masakan yang harus saya konsumsi selama 13 hari, saya pun mengiyakan.

Inti dari diet mayo adalah tidak mengonsumsi garam sama sekali. Membatasi asupan karbohidrat, protein dan vitamin dengan seimbang serta mengurangi gorengan, nasi dan gula. Dan hari ini 4/7/15 saya menyelesaikan diet 13 hari saya. Menurut penggagasnya, Dr. Moyes garam mengikat air dalam tubuh sehingga membuat badan lebih besar, dan diet ini berfungsi untuk mengurangi kadar garam dalam tubuh.

Gimana hasilnya? Turun berapa kilo? Hmm saya gak nimbang before after sih, hehe. Cuma waktu seminggu diet berjalan saya ke apotik dan nimbang ternyata turun 5 kilo. Itu bonus sih, karena dari awal saya berkomitmen untuk diet tujuannya adalah supaya lebih sehat, anggap aja seperti terapi gitu.

Yakin gak cheating? Sebenernya program ini paling gak menyika sih buat saya. Menu makanannya lebih enak malah dibanding makan saya sehari hari, tiap hari ada menu daging sapi atau ayam atau ikan, walaupun hanya boleh dibakar dan dikukus. Yucks sih rasanya, tapi lama lama terbiasa. Kalau masih lapar saya makan roti gandum tawar dan minum susu low fat walau gak ada di menu, serta makan buah dan minum air putih sebanyak- banyaknya. Jeleknya juga saya masih kurang banget olahraga sih

Sebenernya diet ini mengingatkan saya pada tradisi masyarakat Jawa, terutama mereka yang masih menganut kepercayaan kejawen yaitu mutih atau ngadem. Mutih adalah hanya mengonsumsi nasi putih dan air sedangkan ngadem adalah mengonsumsi makanan tanpa rasa *cmiiw.

Saya menemui insight baru, mengapa beberapa keyakinan spiritual biasanya juga mengatur pola makan penganutnya, seperti Buddha yang vegetarian, Hindu yang tidak makan daging sapi, Islam yang melarang minuman beralkohol dan daging sapi, berpuasa serta beberapa diet lain yang mungkin tidak saya ketahui.

Semua itu adalah tentang self control, teman- teman. Selama ini saya menjadikan makanan sebagai 'hiburan' bukan kebutuhan. Menahan diri untuk tidak memasukan sesuatu ke mulut adalah hal yang sulit. Yang seharusnya manusia pahami sebagai latihan untuk mengontrol diri pada hal- hal yang lain. Ya, seperti Neraka Juu yang berhasil menaklukan si hawa nafsu :D

Toh saya masih hidup kok walau tidak makan nasi, indomie, gorengan, dan coca cola. Memang baru 13 hari sih. Tapi semoga sebagai awalan untuk hidup sehat. Karena, okelah standar kecantikan ada sangat banyak tapi kayaknya standar sehat cuma ada satu (sehat fisik ya, hehe). Mumpung masih diberi kesehatan, jagalah kesehatan itu :)

Semoga kita semua senantiasa sehat ya

1 comment:

  1. plus olahraga n istirahat teratur jamin bisa idup 100 taun kalau Allah menghendaki huehehe

    ReplyDelete