Sunday, April 2, 2017

Belajar dari Sullivan

"I need scarers who are confident, tenacious, tough, intimidating. I need scarers like... like... James P. Sullivan."
-Henry J. Waternoose


Apa yang dapat kita pelajari dari Sullivan, salah satu monster di film Monster Inc. ?
Well kita mendapati bahwa Sullivan adalah salah satu pekerja yang jujur, passionate dan melakukan pekerjaannya dengan sangat baik.

Tapi mari kita melihat ke masa lalunya yang diceritakan dalam film prekuel Monster University. Dari film itu kita tahu bahwa Sully ternyata drop out dari MU, tapi di akhir cerita ia tetap masuk ke Monster Inc. lewat jalur 'lain' yaitu menapaki tangga karir dari level pengantar surat.

Kisah Sullivan ternyata juga terjadi di dunia nyata manusia (Haha). Dari sebuah training, saya mengetahui Houtman Zainal Arifin sosok yang menapaki jenjang karir dari seorang Office Boy hingga Vice President di Citibank. [cerita pak Houtman]

Tidak seperti Sully, saya berhasil lulus dari universitas impian saya (walau dengan babak belur). Dan beberapa saat setelah menyanyikan Gaudeamus Igitur di Balairung (read: wisuda) saya begitu bingung 'shit, what's hella next?'. Masuk UI telah menjadi impian ultimate saya hingga seolah-olah setelah itu tidak ada yang perlu dicapai lagi. Konyol memang. Baca post saya yang ini

Kemudian saya menghabiskan waktu setahun setelah lulus dengan magang di KontraS dan UNDP. Sebuah pilihan yang sungguh antimainstream di kalangan teman-teman saya. Karena, alasan sesungguhnya adalah: I don't know what hella to do with my life, but at least I should keep my muscles and mind busy.

Saya juga sibuk kerja freelance (ngasong, kalo istilah anak Psikologi) dan melamar pekerjaaan di berbagsi company. Karena, ya saya butuh uang buat beli lipstik dan minum kopi, hehe. Ini karena kebutuhan pokok saya masih ditopanh oleh Ayah dan kakak-kakak saya. Maka hal tersebut juga privilese buat saya untuk tidak terburu-buru nyari uang.

Dan betul lah apa kata Francois Lelord. Perbandingan akan mendisrupsi kebahagiaan kita. Ih enak ya dia udah kerja di BUMN, Ih enak ya anu kerja di konsultan, Ih keren ya dapet lpdp bisa S2 di luar. Saya kerap melihat teman-teman saya yang jauh lebih 'sukses' dibandingkan saya.

Hingga saya mendarat di salah satu wawancara dengan perusahaan swasta. Interviewer bilang "saya lihat CV kamu, kalau kamu mau membangun karir di NGO, you are on the right track. Kenapa tiba-tiba daftar ke perusahaan ini?" Makjleb! Kalimat tersebut terasa seperti pujian sekaligus penolakan. Haruskah saya menjawab jujur, "saya butuh uang Pak!" Hahaha.

Hingga kini, saya masih menganggap passion itu mitos. Namun pekerjaan akan menjadi sangat melelahkan jika orientasinya hanya uang dan kita tidak happy melakukannya.

Saya juga meraba-raba ada sebuah sindrom millennial yang terlalu 'sombong' untuk mengerjakan pekerjaan remeh temeh, seperti pekerjaan Sullivan yang mengantar surat di kantor Monster Inc. Haha. Setelah lulus dari kampus, mungkin kita merasa sudah pro segalanya. Tapi yakinlah ketika masuk ke belantara pasar tenaga kerja, kita mulai semuanya dari dasar terendah rantai makanan. Hahaha

We're all get our perks and twerks. To all jobseekers, fresh graduates, millennials out there please stay tough, keep searching. Semoga kalian bisa seperti Sullivan atau seperti apapun yang kalian inginkan.

XO,

Kampung Bali
3 April 2017

No comments:

Post a Comment