Thursday, August 15, 2024

Meneroka

Ada istilah dalam bahasa inggris dan bahasa jawa yang dulu saya kira tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Trailblaze atau mbabat alas, sebuah aktivitas membuka lahan (yang mana biasanya berupa hutan) untuk dijadikan ladang pertanian dan atau pemukiman.

Sebenernya mau ngomong banyak tentang teori pembangunan ekonomi a la Rostow tapi gak usah lah ya.

Jadi intinya adik-adik, semua hal itu pasti ada mulanya, tidak ‘mak jegagig’ tiba tiba ada. Sawah di deket sekolah kakak saya itu jelas dulunya hutan, kawasan SCBD itu dulu tempat jin buang anak.

Oke, balik ke mbabat alas, ternyata ada kata yang definisinya hampir sama di kamus besar bahasa Indonesia, yaitu teroka

Meneroka, mungkin akhirnya itu jadi highlight hidup saya beberapa tahun ke belakang. 

Walkisah, setelah lulus S1 saya bekerja di sebuah organisasi yang sangaaat besar, namanya Perserikatan Bangsa Bangsa. Memang ‘cuma’ di kantor urusan pembangunan nya di Indonesia. Tapi saat itu saya menjadi sekrup kecil dari sebuah sistem yang sangat besar.

Hari hari saya jengah dengan mematuhi aturan yang seabrek abrek. Mau aturan apa aja dari ukuran amplop hingga tarif bayar pemuka agama? ada.

Little did I know, pengalaman saya yang penuh kejengahan itu sedikit banyak saya ‘bawa’ ke perjalanan karir saya berikutnya.

Di sebuah malam yang random, Agi ngajakin (atau mungkin lebih tepatnya nyuruh) saya bikin Think Policy jadi ✨social enterprise✨.

Singkat cerita, di sebuah sore yang random saya juga diajak Pras bikin ✨Badan Layanan Umum✨ yang mengurusi Museum dan Cagar Budaya, kelak lembaga ini punya nama beken yaitu Indonesian Heritage Agency.

Dan kesamaan dari dua lembaga tersebut, yang kira2 mengambil hampir seluruh waktu late 20s saya, haha. Setelah jadi saya tinggalin.

Lol, sebenernya saya sudah cukup lama mencari padanan yang bisa membantu saya meromantisasi pengalaman tersebut. Hmm kayaknya seperti doula yang membantu ibu bersalin (karena ide berdirinya institusi tadi tidak berasal dari saya), atau arsitek juga tidak menempati rumah yang ia rancang. Gaudi mati tidak pernah melihat Sagrada Familia selesai dibangun.

Halaaakh

Kemudian, hari ini saya menemukan kata itu, peneroka. Saya membayangkan leluhur saya, Demang Candrajaya I datang ke Banyumas untuk membuka lahan di sana. Gak mudah pasti, tapi akhirnya keturunannya kawin mawin dan lahir di situ.

Sebenarnya mungkin begitulah nature-nya manusia.

Memulai 

(Ya kadang jadi eksplotasi juga sih, LOL)

Di ulang tahun saya yang ke-30 tahun kemarin saya bersyukur. Begitu banyak hal yang saya mulai. Dulu gadis kabupaten ini sendirian pergi ke Jakarta buat kuliah di UI. Saya masih ingat betapa deg2an nya naik KRL ke Stasiun Palmerah, untuk kemudian jalan kaki ke kantor Kompas mendaftar magang (yang akhirnya gak diterima).

Dan berkat pekerjaan juga saya bisa ke Sabang sampai Papua (sayang Merauke belum). Bertemu begitu banyak orang dengan cerita-cerita yang luar biasa.

Gila yah seru banget hidup tu 🥰

Mungkin nanti suatu saat saya akan menetap di suatu tempat seperti manusia modern paska agrikultur (jiakh).

Hingga saat itu tiba, mungkin saya akan terus meneroka,

Mbabat alas

(Lah mengko alase entek gae IKN)

wkwkwk

Tuesday, July 2, 2024

30 Lessons I Learned Before Turned 30

 

  1. Know the world: learn debate and buy stocks.

  2. Love people, but most importantly yourself

  3. Get a pet

  4. Be reflective, ask people and yourself

  5. Solo travel, you will see kindness around the worls

  6. Learn other language

  7. Boundaries

  8. Put your ideas out there, you may find your like-minded people

  9. Learn to let go

  10. Know mundane things that made you happy

  11. Be assertive, communicate your disappointment

  12. Your life grows around decisions that you made

  13. Love people, use stuff, not vice versa

  14. Take a rest

  15. Humans, you and other people are complex, have enough empathy for them

  16. Forgive your parents

  17. Archive your achievements

  18. Menghalalkan cara yang halal, know your value and stay true to them

  19. Embrace imperfections, excellence consists of some failure and its lessons learned

  20. Find your flow, sholat is mainly a 'structure' of your life

  21. Love your body, and only love can hurt like gym

  22. Make yourself your own reference point

  23. Comparison is the thief of joy, but reference is good

  24. ASK FOR IT, if you want it

  25. A job may last a year or two, but a career is long-term, you are forever

  26. Take care of yourself

  27. Learn that grief is humane

  28. Learn to give and receive appreciation genuinely

  29. Discipline had many forms (including nocturnal)

  30. Your work is not you, but part of you


I know this is a redundant and non-MECE list, I was also planning to write a post about each point, god knows when

But this post alone is better than nothing, hopefully

Friday, January 5, 2024

Itinerary Solo Trip ke Viet Nam (Ha Noi, Ha Long Bay, dan Sa Pa)

Salah satu momen paling altering my brain chemistry tahun lalu adalah solo trip ke Viet Nam. Dan atas tingginya permintaan warga, maka saya buatlah itinerary seadanya ini. Mungkin nanti akan dilengkapi foto, mungkin juga tidak.

Itinerary ini dibuat berdasarkan agenda liburan shantay gue, sebenernya bisa lebih compact atau lebih banyak kegiatan, tapi asas hidupku adalah malas-malasan, so terima aja lah yagesya. Itinerary ini juga ga dilengkapi jam karena jujur udah lupa, wkwk. Dan agenda-agenda kurang penting kayak makan indomie di warung atau leyeh leyeh di airbnb temen juga tidak dimasukkan ygy. Tempat makan yang kurang berkesan juga gak gue masukan ke sini.


Day 1: 


Arrive at Ha Noi


Pas sampai bandara Ha Noi, bisa naik grab car ke hotel. Recommended buat nginep di daerah Old Quarter, kalau mau lebih sultan bisa di French Quarter. Hotel di Old Quarter banyak yg murah tapi kebanyakan kecil-kecil, tapi kamarnya gede kok (penting).


Gue nginep di Hanoi Serenity Hotel, Serenity Diamond Hotel*


Not really recommended but location wise sangat strategis, pilih hotel lain aja di Old Quarter


Strolling around Old Quarter 


Jalan kaki dari hotel ke tempat makan, seru sih di Old Quarter banyak kafe, souvenir shop dan resto yang beragam jenis.


Dinner at Pho 10 Ly Quoc Su

https://maps.app.goo.gl/o78TeGwAtsfGnDzd7


Beneran enak dan relatif murah, tapi lumayan ngantri dan cici-cicinya agak galak :’. Katanya ini dapet anuan Michelin Bib Gourmand.


Day 2:


Brunch di Don Duck

https://maps.app.goo.gl/jzoRZaxCeCgKPJ3PA


Ini juga masuk Michelin Guide, gue pesen Grill Duck on The Table, mayan begah buat 1 orang tapi enak, di google maps banyak yang komen overprice tapi menurut gue sih worth the price.


Ke Viet Nam Rail Cafe


Kalau mau ke tempat instagramable ini, harus atas persetujuan warlok ya. Jadi, pas dateng ikutin dah tu salah seorang warlok yang stand by di pinggir jalan, dan sebenernya by ‘cafe’ itu cuma nongkrong di samping rumah orang sih, dan kita juga harus order makan/minum kalo ga warloknya ngamok. Kalau mau pas banget ada kereta lewat, silakan cek jadwalnya.



Day 3:


Ke Ha Long Bay


Pesen trip yang di traveloka ini terus nurut aja sama abangnya, tripnya seru kok dan udah dapet makan siang di kapal (enak juga makan siangnya). Ada juga trip yang nginep di cruise, silakan dipilih. Destinasi dan tour guidenya semua seru. Kalau mau naik speed boat nambah bayar tapi gue lupa berapa. Agak scam di awal trip kita ‘dipaksa’ ke peternakan mutiara, tapi ga harus beli kok, dan di sini malah bisa istirahat, beli minum, dll.


Oh iya di Ha Long ga boleh bawa single use plastic ya, kalau ketahuan bakal disita petugas setempat. Disarankan ngasih tips ke tour guide, supir, dll sesuai kemurahan hati kalian.


Booking via

https://www.traveloka.com/en-id/activities/Vietnam/product/ha-long-bay-1-day-cruise-tour-5596295958911



Day 4:


Ke National Museum


Beli Tiket on the spot, lupa harganya berapa kayanya 50ribu VND. Gedung museum nya ada 2 yang berseberangan, satu gedung berisi sejarah klasik Viet Nam, satu gedung lagi tentang kejayaan komunisme di Viet Nam dan perang Viet Nam VS Amerika Serikat.


Strolling around French Quarter


Sembari nunggu kereta malam ke Sa Pa, bisa ziarah ke Mausoleum nya Uncle Ho Chi Minh atau sekadar jalan-jalan menikmati arsitektur peninggalan kolonial Perancis di tengah kota.


Naik Sleeper Train ke Sa Pa


Nah ini pengalaman paling seru sih sepanjang trip, naik kereta ke Sa Pa, booking via Klook nanti ada mas-mas nungguin gitu di luar stasiun buat ngasih tiketnya. Dikasih tempat duduknya ngacak tapi kalau beli bareng rombongan mungkin bisa request 1 kabin. Keretanya bersih dan oke, sepanjang perjalanan saya bisa tidur nyenyaq.


Booking via https://s.klook.com/c/l1PVe22jyV



Day 5: 


Sampai si Lao Cai Station, perjalanan sampai ke Sa Pa Town


Nah ini nih yang gak ada di tiktok, ternyata kalau naik kereta ke Sa Pa, itu sampainya di Lao Cai station, yang mana masih jauuuh dari Sa Pa seperti di tiktok tiktok, wkwk. Walaupun kurang prepare, si mas-mas Klook yang tadi ngasih tiket ternyata bisa provide taksi dari stasiun ke kota, harganya 500ribu VND yang mana agak lumayan ygy tapi emang jauh sih perjalanan dan opsi lainnya kayaknya naik bus, jadi yaudah naik taksi aja.


Check in Hotel


Karena sampai di Sa Pa pagi banget, udah siap-siap nitip koper aja di resepsionis hotel, ternyata boleh dong check in pagi banget, huhu rejeki anak solehah. Jadi bisa leyeh-leyeh sebentar di hotel.


Gue nginep di Freesia Hotel Freesia Hotel Sapa


Ke Sun World Fansipan


Atraksi utama di Sa Pa ya Sun World Fansipan ini cenah, btw dari hotel gue ke sini bisa jalan kaki walau agak jauh. Opsi lain kayanya bisa naik taksi (bisa minta tolong resepsionis hotel) atau nyetop di jalan.


Gimana ya jelasinnya, jadi si Sun World Fansipan ini semacam taman bermain kayak dufan gitu kali ya, untuk ke sana kita naik kereta wisata gitu. Nah abis dari taman bermain, kita naik cable car alias kereta gantung buat sampai ke bukit Fansipan yang mana konon titik tertinggi di Indochina. Seru sih sangat terkelola dengan baik the whole place. 


https://www.traveloka.com/en-id/activities/Vietnam/product/sun-world-fansipan-legend-cable-car-in-sapa-2000908873656


Btw ini pilihan tiketnya kan banyak banget, pilih yang paling mahal aja itu udah paling all in. Nanti pas masuk dikasih print out barcode sekali yg bisa dipake buat tiket terusan (atau bahkan pake barcode dari email gitu). Canggih deh ga ada pungli.


Notes about Sa Pa:


  • Cuaca di Sa Pa relatif lebih dingin dibanding Ha Noi, gunakan jaket dan sepatu yang memadai, apalagi kalau mau ‘manjat’ sampe Fansipan

  • Sinyal internet di Sa Pa ga ada, atau mungkin tergantung provider, tapi perbandingannya jauh dengan di Ha Noi yang stabil banget, tapi hampir setiap kafe atau tempat umum ada WiFi yang kenceng

  • Di Sa Pa belum ada gojek/grab seperti di Ha Noi

  • Sebenernya banyak atraksi lain yang menarik tapi gue belum sempet cobain karena di Bulan September itu hujan mulu.



Day 6:


Brunch di Gecko Cafe


Tadinya gue pesen bis pagi banget buat balik ke Ha Noi ternyata dipindah jadwalnya karena penuh, abis check out hotel, bisa brunch atau lunch di Gecko Cafe. Jujur menunya b aja (eh tiramisunya enak deng), tapi tempatnya lumayan nyaman. Tadinya gue mau ke Gecko Cafe yang di sini eh abang taksinya malah nyasar ke sini. Again, kalau mau pesen taksi bisa minta bantuan ke restoran. Orang sini mah baik baik banget deh, jadi komunis jahat itu cuma mitos ygy.


Naik Sleeper Bus Kembali ke Ha Noi


Opsi transportasi lain dari Sa Pa ke Ha Noi (atau sebaliknya) selain kereta adalah sleeper bus. Sempet panik karena di Klook dan Traveloka cuma bisa pesen H-24 jam. Ternyata di TripAdvisor bisa dadakan. Kelebihan sleeper bus lebih enak karena ga usah jauh-jauh ke Lao Cai station dan lebih murah. Kekurangannya lebih sempit, wkwk dan ga ada toilet nya huhu (harus tahan beser). Tapi tenang aja dia berhenti beberapa kali di rest area kok. Atau book sleeper bus yang lebih gede juga ada sih.


Booking Sleeper Bus di TripAdvisor


Last Check In di Ha Noi


Sebenernya bisa langsung pulang kalau mau, tapi aku gamau. Wkwk. Mau makan pho sekali lagi di Ha Noi sebelum nginep bentar dan pulang besok.


Gue nginep di Wecozy Nội Miếu seru deh ini contactless hostel gitu masuk gang tapi masih di daerah Old Quarter yang rame, dan kamarnya luaass. Sayang cuma semalem di sini.


Day 7:


Flight Back to Singapore- Jakarta


Bid farewell to tanah komunis, agak menyesal banyak yang belum dicoba tapi insya Allah one day balik lagii.


General note about Viet Nam (Ha Noi):

  • Sediakan cash walaupun contacless card bisa dipake di hampir semua toko. Kalo kehabisan cash bisa tarik tunai aja di ATM, seingetku sih fee nya ga terlalu gede

  • Apps gojek dan grab bisa dipake buat motor, mobil, dan delivery food, payment methodnya bisa cash atau connect ke CC di apps nya

  • Banyak yang belum bisa Bahasa Inggris, always sedia google translate



Kalau mau lihat gambaran budget bisa lihat di sini