Aku lagi di kosan Arin dan tiba-tiba listrik mati setelah petir besar menyambar di tengah hujan deras.
Artinya aku gak bisa menyelesaikan tugas yang sebentar lagi deadline karena sinyal HP juga jadi H doang, gak bisa buat internetan.
Kemarin waktu aku packing buat ke Jogja ini, seperti biasa aku cenderung over-packing, membawa baju-baju yang mungkin gak akan terpakai dan barang-barang lain yang kebanyakan. Sudah begitu, ada saja barang yang terasa penting buat dibawa eh malah ketinggalan.
Untungnya karena cukup sering berpergian, aku menemukan formula yang cukup praktis dalam packing, satu koper, satu ransel, dan satu tas selempang. Semuanya cukup aku bawa sendiri tanpa merasa repot.
Tentang bekal perjalanan di dunia (literally) belakangan aku juga terkesima dengan sebuah channel YouTube: thruhikers yang menceritakan sepasang suami istri yang melakukan perjalanan hiking lintas negara, dari Meksiko, Amerika Serikat, hingga Kanada! Berjalan kaki! Tentu kondisi hiking membuat thruhikers tidak bisa membawa bekal yang banyak. Sehingga mereka merencanakan bekal dengan sangat cermat. Misalnya untuk urusan logistik makanan, mereka mendehidrasi atau mengeringkan beberapa bahan makanan agar lebih awet, kemudian mengirimkan bahan makanan tersebut secara bertahap ke kantor pos di kota-kota yang akan mereka singgahi.
Sungguh sangat strategis dan cermat.
Mengenai perbekalan ini saya juga excited mengikuti YouTube series yang dibuat oleh Ryan Trahan, kali ini ia memiliki misi mengantarkan koin satu sen ke YouTuber lain, Mr. Beast, dari California ke New York, atau bisa dibilang dari ujung ke ujung Amerika Serikat. Menariknya, Ryan Trahan juga cuma membawa bekal 1 sen, yang harus dia kembangkan berkali-kali lipat agar bisa sampai ke New York.
Di awal, Ryan mencari orang yang mau menjual sebuah pulpen dengan harga satu sen kepadanya, kemudian Ryan menjualnya dengan harga 1 dolar (100 kali lipat). Saya berpikir, transaksi pertama ini ya hanya karena orang kasihan saja. Namun kemudian Ryan sangat persisten dengan misinya, menjual permen, air minum, menawarkan jasa, hingga mengantar makanan dengan aplikasi online, walau hanya berjalan, bersepeda, hingga di hari ke sekian dia mampu menyewa mobil.
Konten yang sangat 'unik'. Oh ya, saya lupa menyebutkan bahwa Ryan juga melakukan penggalangan dana sembari ia melakukan misi ini. Sungguh mulia sekaligus menyenangkan.
Insight lain yang saya ambil, karena ia terus bergerak dari satu kota ke kota lain, Ryan juga sangat efisien dengan bawaannya. Ia membeli sepeda di satu kota untuk membuatnya bisa mengantar makanan, namun kemudian menjualnya lagi ke orang lain ketika ia meninggalkan kota tersebut.
Baik Ryan Trahan maupun truhikers memperjelas bahwa hidup ini adalah rangkaian perjalanan.
Setiap perjalanan, agar lancar harus dipersiapkan dengan baik dan dengan bekal yang cukup serta efisien.
Dan setiap perjalanan tentu harus memiliki tujuan.
Sungguh pun, air mata ini belum kering setiap menyimak tragedi meninggalnya Emmeril Kahn. Satu opini netizen yang menggelitik hati saya, amalan apa yang dimiliki Eril hingga begitu banyak orang yang mendoakannya, bahkan yang tidak pernah kenal seperti saya pun turut merasakan kehilangan yang dalam.
Kemudian @quranreview mengulas sebuah ayat Al Qur'an dan hadits yang sangat indah
Maryam 96
96. Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam hati mereka).
Sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan memanggil Jibril, “Wahai JIbril, sesungguhnya aku mencintai si fulan” Kemudian Jibril pun mencintainya, lalu ia pun menyeru penduduk langit, “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai si fulan” Maka serempak penduduk langit pun mencintainya, lalu rasa cinta tersebut kemudian diberikan kepada penduduk bumi.
HR Imam Ahmad (2/514) dan HR Bukhari 6040, Muslim 2637.
Maka semoga kepergian Eril meneladani kita semua, bahwa waktu kita di dunia adalah mengumpulkan bekal, untuk perjalanan sejati menuju JannahNya, aamiin.