Thursday, August 15, 2024

Meneroka

Ada istilah dalam bahasa inggris dan bahasa jawa yang dulu saya kira tidak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Trailblaze atau mbabat alas, sebuah aktivitas membuka lahan (yang mana biasanya berupa hutan) untuk dijadikan ladang pertanian dan atau pemukiman.

Sebenernya mau ngomong banyak tentang teori pembangunan ekonomi a la Rostow tapi gak usah lah ya.

Jadi intinya adik-adik, semua hal itu pasti ada mulanya, tidak ‘mak jegagig’ tiba tiba ada. Sawah di deket sekolah kakak saya itu jelas dulunya hutan, kawasan SCBD itu dulu tempat jin buang anak.

Oke, balik ke mbabat alas, ternyata ada kata yang definisinya hampir sama di kamus besar bahasa Indonesia, yaitu teroka

Meneroka, mungkin akhirnya itu jadi highlight hidup saya beberapa tahun ke belakang. 

Walkisah, setelah lulus S1 saya bekerja di sebuah organisasi yang sangaaat besar, namanya Perserikatan Bangsa Bangsa. Memang ‘cuma’ di kantor urusan pembangunan nya di Indonesia. Tapi saat itu saya menjadi sekrup kecil dari sebuah sistem yang sangat besar.

Hari hari saya jengah dengan mematuhi aturan yang seabrek abrek. Mau aturan apa aja dari ukuran amplop hingga tarif bayar pemuka agama? ada.

Little did I know, pengalaman saya yang penuh kejengahan itu sedikit banyak saya ‘bawa’ ke perjalanan karir saya berikutnya.

Di sebuah malam yang random, Agi ngajakin (atau mungkin lebih tepatnya nyuruh) saya bikin Think Policy jadi ✨social enterprise✨.

Singkat cerita, di sebuah sore yang random saya juga diajak Pras bikin ✨Badan Layanan Umum✨ yang mengurusi Museum dan Cagar Budaya, kelak lembaga ini punya nama beken yaitu Indonesian Heritage Agency.

Dan kesamaan dari dua lembaga tersebut, yang kira2 mengambil hampir seluruh waktu late 20s saya, haha. Setelah jadi saya tinggalin.

Lol, sebenernya saya sudah cukup lama mencari padanan yang bisa membantu saya meromantisasi pengalaman tersebut. Hmm kayaknya seperti doula yang membantu ibu bersalin (karena ide berdirinya institusi tadi tidak berasal dari saya), atau arsitek juga tidak menempati rumah yang ia rancang. Gaudi mati tidak pernah melihat Sagrada Familia selesai dibangun.

Halaaakh

Kemudian, hari ini saya menemukan kata itu, peneroka. Saya membayangkan leluhur saya, Demang Candrajaya I datang ke Banyumas untuk membuka lahan di sana. Gak mudah pasti, tapi akhirnya keturunannya kawin mawin dan lahir di situ.

Sebenarnya mungkin begitulah nature-nya manusia.

Memulai 

(Ya kadang jadi eksplotasi juga sih, LOL)

Di ulang tahun saya yang ke-30 tahun kemarin saya bersyukur. Begitu banyak hal yang saya mulai. Dulu gadis kabupaten ini sendirian pergi ke Jakarta buat kuliah di UI. Saya masih ingat betapa deg2an nya naik KRL ke Stasiun Palmerah, untuk kemudian jalan kaki ke kantor Kompas mendaftar magang (yang akhirnya gak diterima).

Dan berkat pekerjaan juga saya bisa ke Sabang sampai Papua (sayang Merauke belum). Bertemu begitu banyak orang dengan cerita-cerita yang luar biasa.

Gila yah seru banget hidup tu 🥰

Mungkin nanti suatu saat saya akan menetap di suatu tempat seperti manusia modern paska agrikultur (jiakh).

Hingga saat itu tiba, mungkin saya akan terus meneroka,

Mbabat alas

(Lah mengko alase entek gae IKN)

wkwkwk

Tuesday, July 2, 2024

30 Lessons I Learned Before Turned 30

 

  1. Know the world: learn debate and buy stocks.

  2. Love people, but most importantly yourself

  3. Get a pet

  4. Be reflective, ask people and yourself

  5. Solo travel, you will see kindness around the worls

  6. Learn other language

  7. Boundaries

  8. Put your ideas out there, you may find your like-minded people

  9. Learn to let go

  10. Know mundane things that made you happy

  11. Be assertive, communicate your disappointment

  12. Your life grows around decisions that you made

  13. Love people, use stuff, not vice versa

  14. Take a rest

  15. Humans, you and other people are complex, have enough empathy for them

  16. Forgive your parents

  17. Archive your achievements

  18. Menghalalkan cara yang halal, know your value and stay true to them

  19. Embrace imperfections, excellence consists of some failure and its lessons learned

  20. Find your flow, sholat is mainly a 'structure' of your life

  21. Love your body, and only love can hurt like gym

  22. Make yourself your own reference point

  23. Comparison is the thief of joy, but reference is good

  24. ASK FOR IT, if you want it

  25. A job may last a year or two, but a career is long-term, you are forever

  26. Take care of yourself

  27. Learn that grief is humane

  28. Learn to give and receive appreciation genuinely

  29. Discipline had many forms (including nocturnal)

  30. Your work is not you, but part of you


I know this is a redundant and non-MECE list, I was also planning to write a post about each point, god knows when

But this post alone is better than nothing, hopefully

Friday, January 5, 2024

Itinerary Solo Trip ke Viet Nam (Ha Noi, Ha Long Bay, dan Sa Pa)

Salah satu momen paling altering my brain chemistry tahun lalu adalah solo trip ke Viet Nam. Dan atas tingginya permintaan warga, maka saya buatlah itinerary seadanya ini. Mungkin nanti akan dilengkapi foto, mungkin juga tidak.

Itinerary ini dibuat berdasarkan agenda liburan shantay gue, sebenernya bisa lebih compact atau lebih banyak kegiatan, tapi asas hidupku adalah malas-malasan, so terima aja lah yagesya. Itinerary ini juga ga dilengkapi jam karena jujur udah lupa, wkwk. Dan agenda-agenda kurang penting kayak makan indomie di warung atau leyeh leyeh di airbnb temen juga tidak dimasukkan ygy. Tempat makan yang kurang berkesan juga gak gue masukan ke sini.


Day 1: 


Arrive at Ha Noi


Pas sampai bandara Ha Noi, bisa naik grab car ke hotel. Recommended buat nginep di daerah Old Quarter, kalau mau lebih sultan bisa di French Quarter. Hotel di Old Quarter banyak yg murah tapi kebanyakan kecil-kecil, tapi kamarnya gede kok (penting).


Gue nginep di Hanoi Serenity Hotel, Serenity Diamond Hotel*


Not really recommended but location wise sangat strategis, pilih hotel lain aja di Old Quarter


Strolling around Old Quarter 


Jalan kaki dari hotel ke tempat makan, seru sih di Old Quarter banyak kafe, souvenir shop dan resto yang beragam jenis.


Dinner at Pho 10 Ly Quoc Su

https://maps.app.goo.gl/o78TeGwAtsfGnDzd7


Beneran enak dan relatif murah, tapi lumayan ngantri dan cici-cicinya agak galak :’. Katanya ini dapet anuan Michelin Bib Gourmand.


Day 2:


Brunch di Don Duck

https://maps.app.goo.gl/jzoRZaxCeCgKPJ3PA


Ini juga masuk Michelin Guide, gue pesen Grill Duck on The Table, mayan begah buat 1 orang tapi enak, di google maps banyak yang komen overprice tapi menurut gue sih worth the price.


Ke Viet Nam Rail Cafe


Kalau mau ke tempat instagramable ini, harus atas persetujuan warlok ya. Jadi, pas dateng ikutin dah tu salah seorang warlok yang stand by di pinggir jalan, dan sebenernya by ‘cafe’ itu cuma nongkrong di samping rumah orang sih, dan kita juga harus order makan/minum kalo ga warloknya ngamok. Kalau mau pas banget ada kereta lewat, silakan cek jadwalnya.



Day 3:


Ke Ha Long Bay


Pesen trip yang di traveloka ini terus nurut aja sama abangnya, tripnya seru kok dan udah dapet makan siang di kapal (enak juga makan siangnya). Ada juga trip yang nginep di cruise, silakan dipilih. Destinasi dan tour guidenya semua seru. Kalau mau naik speed boat nambah bayar tapi gue lupa berapa. Agak scam di awal trip kita ‘dipaksa’ ke peternakan mutiara, tapi ga harus beli kok, dan di sini malah bisa istirahat, beli minum, dll.


Oh iya di Ha Long ga boleh bawa single use plastic ya, kalau ketahuan bakal disita petugas setempat. Disarankan ngasih tips ke tour guide, supir, dll sesuai kemurahan hati kalian.


Booking via

https://www.traveloka.com/en-id/activities/Vietnam/product/ha-long-bay-1-day-cruise-tour-5596295958911



Day 4:


Ke National Museum


Beli Tiket on the spot, lupa harganya berapa kayanya 50ribu VND. Gedung museum nya ada 2 yang berseberangan, satu gedung berisi sejarah klasik Viet Nam, satu gedung lagi tentang kejayaan komunisme di Viet Nam dan perang Viet Nam VS Amerika Serikat.


Strolling around French Quarter


Sembari nunggu kereta malam ke Sa Pa, bisa ziarah ke Mausoleum nya Uncle Ho Chi Minh atau sekadar jalan-jalan menikmati arsitektur peninggalan kolonial Perancis di tengah kota.


Naik Sleeper Train ke Sa Pa


Nah ini pengalaman paling seru sih sepanjang trip, naik kereta ke Sa Pa, booking via Klook nanti ada mas-mas nungguin gitu di luar stasiun buat ngasih tiketnya. Dikasih tempat duduknya ngacak tapi kalau beli bareng rombongan mungkin bisa request 1 kabin. Keretanya bersih dan oke, sepanjang perjalanan saya bisa tidur nyenyaq.


Booking via https://s.klook.com/c/l1PVe22jyV



Day 5: 


Sampai si Lao Cai Station, perjalanan sampai ke Sa Pa Town


Nah ini nih yang gak ada di tiktok, ternyata kalau naik kereta ke Sa Pa, itu sampainya di Lao Cai station, yang mana masih jauuuh dari Sa Pa seperti di tiktok tiktok, wkwk. Walaupun kurang prepare, si mas-mas Klook yang tadi ngasih tiket ternyata bisa provide taksi dari stasiun ke kota, harganya 500ribu VND yang mana agak lumayan ygy tapi emang jauh sih perjalanan dan opsi lainnya kayaknya naik bus, jadi yaudah naik taksi aja.


Check in Hotel


Karena sampai di Sa Pa pagi banget, udah siap-siap nitip koper aja di resepsionis hotel, ternyata boleh dong check in pagi banget, huhu rejeki anak solehah. Jadi bisa leyeh-leyeh sebentar di hotel.


Gue nginep di Freesia Hotel Freesia Hotel Sapa


Ke Sun World Fansipan


Atraksi utama di Sa Pa ya Sun World Fansipan ini cenah, btw dari hotel gue ke sini bisa jalan kaki walau agak jauh. Opsi lain kayanya bisa naik taksi (bisa minta tolong resepsionis hotel) atau nyetop di jalan.


Gimana ya jelasinnya, jadi si Sun World Fansipan ini semacam taman bermain kayak dufan gitu kali ya, untuk ke sana kita naik kereta wisata gitu. Nah abis dari taman bermain, kita naik cable car alias kereta gantung buat sampai ke bukit Fansipan yang mana konon titik tertinggi di Indochina. Seru sih sangat terkelola dengan baik the whole place. 


https://www.traveloka.com/en-id/activities/Vietnam/product/sun-world-fansipan-legend-cable-car-in-sapa-2000908873656


Btw ini pilihan tiketnya kan banyak banget, pilih yang paling mahal aja itu udah paling all in. Nanti pas masuk dikasih print out barcode sekali yg bisa dipake buat tiket terusan (atau bahkan pake barcode dari email gitu). Canggih deh ga ada pungli.


Notes about Sa Pa:


  • Cuaca di Sa Pa relatif lebih dingin dibanding Ha Noi, gunakan jaket dan sepatu yang memadai, apalagi kalau mau ‘manjat’ sampe Fansipan

  • Sinyal internet di Sa Pa ga ada, atau mungkin tergantung provider, tapi perbandingannya jauh dengan di Ha Noi yang stabil banget, tapi hampir setiap kafe atau tempat umum ada WiFi yang kenceng

  • Di Sa Pa belum ada gojek/grab seperti di Ha Noi

  • Sebenernya banyak atraksi lain yang menarik tapi gue belum sempet cobain karena di Bulan September itu hujan mulu.



Day 6:


Brunch di Gecko Cafe


Tadinya gue pesen bis pagi banget buat balik ke Ha Noi ternyata dipindah jadwalnya karena penuh, abis check out hotel, bisa brunch atau lunch di Gecko Cafe. Jujur menunya b aja (eh tiramisunya enak deng), tapi tempatnya lumayan nyaman. Tadinya gue mau ke Gecko Cafe yang di sini eh abang taksinya malah nyasar ke sini. Again, kalau mau pesen taksi bisa minta bantuan ke restoran. Orang sini mah baik baik banget deh, jadi komunis jahat itu cuma mitos ygy.


Naik Sleeper Bus Kembali ke Ha Noi


Opsi transportasi lain dari Sa Pa ke Ha Noi (atau sebaliknya) selain kereta adalah sleeper bus. Sempet panik karena di Klook dan Traveloka cuma bisa pesen H-24 jam. Ternyata di TripAdvisor bisa dadakan. Kelebihan sleeper bus lebih enak karena ga usah jauh-jauh ke Lao Cai station dan lebih murah. Kekurangannya lebih sempit, wkwk dan ga ada toilet nya huhu (harus tahan beser). Tapi tenang aja dia berhenti beberapa kali di rest area kok. Atau book sleeper bus yang lebih gede juga ada sih.


Booking Sleeper Bus di TripAdvisor


Last Check In di Ha Noi


Sebenernya bisa langsung pulang kalau mau, tapi aku gamau. Wkwk. Mau makan pho sekali lagi di Ha Noi sebelum nginep bentar dan pulang besok.


Gue nginep di Wecozy Nội Miếu seru deh ini contactless hostel gitu masuk gang tapi masih di daerah Old Quarter yang rame, dan kamarnya luaass. Sayang cuma semalem di sini.


Day 7:


Flight Back to Singapore- Jakarta


Bid farewell to tanah komunis, agak menyesal banyak yang belum dicoba tapi insya Allah one day balik lagii.


General note about Viet Nam (Ha Noi):

  • Sediakan cash walaupun contacless card bisa dipake di hampir semua toko. Kalo kehabisan cash bisa tarik tunai aja di ATM, seingetku sih fee nya ga terlalu gede

  • Apps gojek dan grab bisa dipake buat motor, mobil, dan delivery food, payment methodnya bisa cash atau connect ke CC di apps nya

  • Banyak yang belum bisa Bahasa Inggris, always sedia google translate



Kalau mau lihat gambaran budget bisa lihat di sini

Thursday, April 13, 2023

Cita-cita Ibu

 Suatu hari aku pernah bertanya kepada Ibu, apa cita-citanya dulu

"Punya sumur" katanya, kemudian Ibu bercerita bagaimana dia dulu harus berjalan sekian puluh meter ke kali untuk ngangsu atau mengambil air di kali. Aktivitas mencuci pakaian pun dilakukan di kali, dan ini sangat melelahkan. Jadi memiliki sumur di rumah sendiri adalah kemewahan yang tak hingga buat Ibu di masa kecilnya. 

Bahkan tak terpikirkan pompa air dan keran yang bisa menyala setiap saat. Ibu sekarang sudah memiliki jauh melampaui apa yang ia imajinasikan berpuluh tahun lalu.

"Lalu apa lagi Bu?," tanyaku 

"Jendela kaca, dulu Ibu pernah melihat orang kaya sedang membersihkan jendela rumahnya sampai kinclong, kok sepertinya asyik sekali"

"Kok sekarang sudah punya jendela kaca, malah jarang dibersihkan?"

"Malas, hahaha"

Kemudian kami tertawa bersama. Aku coba gali lagi, tapi nampaknya mimpi-mimpi Ibu selanjutnya fokus kepada orang lain, suaminya, anak-anaknya, dan orang tuanya. Aku urung bertanya lebih jauh.

Senang rasanya mengetahui bahwa Ibu sudah bisa menggapai cita-citanya. Betapapun remeh di mataku. Sekaligus iri, andai saja cita-citaku sesederhana cita-cita Ibu.

Tuesday, August 2, 2022

Refleksi Tujuh Bulan Terakhir

Berikut adalah nasihat yang saya ambil dari berbagai sumber, saya tulis di sini untuk saya baca lagi sewaktu-waktu. Bagi pembaca silakan ambil yang baik dan tinggalkan yang buruk atau tidak cocok buat Anda.


Hang in there, terus menjalani hidup seberat apapun, karena Allah akan selalu pelihara kamu (manusia) selama kamu hidup.

Keimanan manusia kepada Allah adalah karunia, biasanya hubungan dua pihak adalah mutual. Kita dekat dengan Allah karena Allah juga 'mau' dekat sama kita. Tapi jangan sombong, karena kedekatan ini suatu waktu juga bisa ditinggalkan oleh Allah 😟

Barangsiapa mengenali diri, maka ia mengenal Rabb-nya. “Man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu,”

Maka dari itu, terus berusaha mengenali diri, tapi jangan lupa mengenali situasi, kata Sunan Kalijaga "anglaras ilining banyu angeli, ananging ora keli, atau Menyesuaikan mengalirnya air, tapi jangan terbawa arus"

Coba kurangi melakukan sesuatu hanya untuk validasi dari orang lain, belajar memiliki motivasi internal.

Put yourself first, yang artinya juga termasuk merawat diri, agar lebih sehat dan nyaman, sebagai bentuk rasa syukur atas jasad yang diberikan oleh Allah kepada kita.

Tidak perlu terlalu banyak mempedulikan orang lain lebih dari diri kita. Di akhirat kita akan dimintai pertanggungjawaban atas diri kita, bukan orang lain. Ingat lagi tiga lingkaran kehidupan, tidak semua hal ada dalam kontrol kita. 

Ikhlas adalah berusaha sekuat tenaga dan berharap hanya kepada Allah. Jangan ngotot tentang 'hasil akhir' yang ada pada ranah kekuasaan Allah.

Mengelola emosi, jangan buru-buru memberikan label atas perasaan yang sedang dialami dan melampiaskan emosi tersebut. Pelan-pelan pergi ke balkon (keluar dari diri) untuk mengamati emosi yang dirasakan. Rasakan emosi sepenuhnya dengan kesadaran.

Memperbanyak istighfar dan dzikir ketika emosi sedang menggebu-gebu, mengatur nafas dan memperlambat waktu.

Menghargai waktu dan menggunakannya untuk hal yang bermakna. Mengurangi hawa nafsu akan benda-benda, dan lebih banyak menghabiskan uang serta waktu untuk pengalaman yang bermakna. Pengalaman akan membuat kita lebih bahagia dibanding benda-benda.

Tidak tergiur dengan instant gratification dan mengorbankannya untuk delayed gratification yang lebih bermakna.

Selesaikan apa yang telah dimulai, jangan ragu untuk meminta bantuan ketika mengalami kesulitan (ini adalah bagian dari usaha), jangan buru-buru kecewa ketika ditolak, gagal, atau merasa buntu.

Selalu berbaik sangka kepada Allah.

Terus cultivate my love for learning. Belajar, membaca, mencatat, mengorganisir ingatanmendiskusikan, mengamalkan, dan cari kesempatan untuk mengajarkannya ke orang lain, termasuk dengan menulis.

Dunia ini adalah senda gurau, tidak salah untuk menghibur diri, orang lain, dengan tertawa.

Belajar memaafkan dengan meminta maaf.

Terus melatih diri agar bisa menyampaikan ketidaksetujuan, kekecewaan, dan lain pendapat dengan artikulatif dan asertif.




Tuesday, July 12, 2022

Tiga Lingkaran Kehidupan

Beberapa waktu lalu, saya mendapat proyek untuk membuat sejumlah modul untuk sebuah perusahaan. Salah satu modulnya adalah tentang sikap proaktif. Karena brief dari rekan saya cukup jelas, bahwa modul harus dibuat dengan bahasa yang mudah dipahami dan populer. Saya mengambil satu literatur populer yang ada di ‘top of mind’ saya. Stephen R. Covey dalam bukunya, 7 Habits of Highly Effective People (sebuah cult classic dan pionir dalam genre self help) memuat sikap proaktif sebagai habits pertama untuk diamalkan oleh manusia jika ingin ‘highly effective’. Dalam sub-bab proaktif ini, Covey mengemukakan sebuah konsep yang menurut saya sangat powerful, yaitu circle of concern.



Ilustrasi yang paling mudah dibuat oleh Mas Sabrang dalam menjelaskan 3 lingkaran di atas, circle of control adalah ketika kita mengendarai motor, jalannya motor sepenuhnya ada dalam kendali kita. Circle of influence adalah ketika kita membonceng motor, kita tidak bisa mengendalikan motor, namun kita bisa memberitahu pengemudi arah yang benar, saran rute yang lebih baik, kapan mau berhenti, dan lain sebagainya. Circle of concern terjadi kita papasan dengan motor lain, atau hanya melihatnya dari pinggir jalan, kita bisa saja khawatir motor itu jalannya oleng atau hampir menabrak sesuatu, tapi kita tentu tidak bisa melakukan banyak hal.


Mengenal framework ini cukup membantu saya dalam mengelola pikiran yang selama ini kerap dilabeli ‘overthinking’. Saya sering baper saat memikirkan hal-hal yang ‘jauh’ dari saya. Misalnya saya pernah sangat sedih hingga mengalami emotional breakdown ketika mendengar kabar seorang aktivis ditangkap oleh polisi atas protesnya pada pemerintah, atau hati saya yang selalu merasa teriris saat melihat tuna wisma di jalanan Jakarta. Kenal juga tidak, ngapain sepeduli itu? Lebay ah.


Simpati saya yang mungkin berlebihan tadi tidak selamanya buruk, hal-hal itulah yang kemudian menjadi drive saya dalam bertindak, memilih pekerjaan, dan keputusan untuk belajar lebih lanjut tentang kebijakan publik misalnya, namun saya masih sering ‘terlalu baper’ dalam perjalanannya.


Pada banyak contoh yang beredar, circle of concern diumpamakan sebagai hal yang benar-benar di luar kontrol kita. Keputusan pemerintah sering ditempatkan pada lingkaran ini, kemacetan, mahalnya biaya kesehatan, dan ekonomi yang memburuk seolah-olah hanya bisa masuk pada lingkaran kepedulian kita.


Menarik atau merelakan


Lantas apa? Kita harus ingat bahwa esensi sikap proaktif menurut Covey adalah memperbesar circle of influence kita. Apa yang dapat kita lakukan sebagai warga negara ketika melihat ‘ketidaknyamanan’ yang mengusik circle of control kita? Diam saja, atau menariknya ke circle of influence kita?. Hingga kini saya masih mencoba menavigasi dua strategi ini, memutuskan secara sadar untuk berbuat sesuatu atasnya, atau merelakan. Tapi masa sih sekadar merelakan? Sesusah itu ya bestie legowo :’)


Kemudian saya teringat salah satu hadits arbain yang cukup populer, bahkan pernah dikutip oleh Joe Biden ketika kampanye sebagai calon presiden Amerika Serikat. 


Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 49]


Maka ijinkan saya meredefinisi konsep circle of concern a la Stephen Covey menjadi:


Circle of Concern : Lingkaran doa

Circle of Influence : Lingkaran dakwah

Circle of control : Lingkaran amal


maaf ya gambarnya jelek wkwk


Jika belum mampu untuk beramal atau bahkan ‘berdakwah’ atas sesuatu yang kita pedulikan, maka semoga kita senantiasa dimampukan untuk mendoakannya.


Aamiin.


Saturday, June 11, 2022

Bekal Perjalanan

Aku lagi di kosan Arin dan tiba-tiba listrik mati setelah petir besar menyambar di tengah hujan deras.

Artinya aku gak bisa menyelesaikan tugas yang sebentar lagi deadline karena sinyal HP juga jadi H doang, gak bisa buat internetan.


Kemarin waktu aku packing buat ke Jogja ini, seperti biasa aku cenderung over-packing, membawa baju-baju yang mungkin gak akan terpakai dan barang-barang lain yang kebanyakan. Sudah begitu, ada saja barang yang terasa penting buat dibawa eh malah ketinggalan.


Untungnya karena cukup sering berpergian, aku menemukan formula yang cukup praktis dalam packing, satu koper, satu ransel, dan satu tas selempang. Semuanya cukup aku bawa sendiri tanpa merasa repot.


Tentang bekal perjalanan di dunia (literally) belakangan aku juga terkesima dengan sebuah channel YouTube: thruhikers yang menceritakan sepasang suami istri yang melakukan perjalanan hiking lintas negara, dari Meksiko, Amerika Serikat, hingga Kanada! Berjalan kaki! Tentu kondisi hiking membuat thruhikers tidak bisa membawa bekal yang banyak. Sehingga mereka merencanakan bekal dengan sangat cermat. Misalnya untuk urusan logistik makanan, mereka mendehidrasi atau mengeringkan beberapa bahan makanan agar lebih awet, kemudian mengirimkan bahan makanan tersebut secara bertahap ke kantor pos di kota-kota yang akan mereka singgahi.


Sungguh sangat strategis dan cermat. 


Mengenai perbekalan ini saya juga excited mengikuti YouTube series yang dibuat oleh Ryan Trahan, kali ini ia memiliki misi mengantarkan koin satu sen ke YouTuber lain, Mr. Beast, dari California ke New York, atau bisa dibilang dari ujung ke ujung Amerika Serikat. Menariknya, Ryan Trahan juga cuma membawa bekal 1 sen, yang harus dia kembangkan berkali-kali lipat agar bisa sampai ke New York.


Di awal, Ryan mencari orang yang mau menjual sebuah pulpen dengan harga satu sen kepadanya, kemudian Ryan menjualnya dengan harga 1 dolar (100 kali lipat). Saya berpikir, transaksi pertama ini ya hanya karena orang kasihan saja. Namun kemudian Ryan sangat persisten dengan misinya, menjual permen, air minum, menawarkan jasa, hingga mengantar makanan dengan aplikasi online, walau hanya berjalan, bersepeda, hingga di hari ke sekian dia mampu menyewa mobil.


Konten yang sangat 'unik'. Oh ya, saya lupa menyebutkan bahwa Ryan juga melakukan penggalangan dana sembari ia melakukan misi ini. Sungguh mulia sekaligus menyenangkan.


Insight lain yang saya ambil, karena ia terus bergerak dari satu kota ke kota lain, Ryan juga sangat efisien dengan bawaannya. Ia membeli sepeda di satu kota untuk membuatnya bisa mengantar makanan, namun kemudian menjualnya lagi ke orang lain ketika ia meninggalkan kota tersebut.


Baik Ryan Trahan maupun truhikers memperjelas bahwa hidup ini adalah rangkaian perjalanan.


Setiap perjalanan, agar lancar harus dipersiapkan dengan baik dan dengan bekal yang cukup serta efisien.


Dan setiap perjalanan tentu harus memiliki tujuan.


Sungguh pun, air mata ini belum kering setiap menyimak tragedi meninggalnya Emmeril Kahn. Satu opini netizen yang menggelitik hati saya, amalan apa yang dimiliki Eril hingga begitu banyak orang yang mendoakannya, bahkan yang tidak pernah kenal seperti saya pun turut merasakan kehilangan yang dalam.


Kemudian @quranreview mengulas sebuah ayat Al Qur'an dan hadits yang sangat indah 


Maryam 96

96. Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, kelak (Allah) Yang Maha Pengasih akan menanamkan rasa kasih sayang (dalam hati mereka).

 

Sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan memanggil Jibril, “Wahai JIbril, sesungguhnya aku mencintai si fulan” Kemudian Jibril pun mencintainya, lalu ia pun menyeru penduduk langit, “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai si fulan” Maka serempak penduduk langit pun mencintainya, lalu rasa cinta tersebut kemudian diberikan kepada penduduk bumi.

 

HR Imam Ahmad (2/514) dan HR Bukhari 6040, Muslim 2637.

 

Maka semoga kepergian Eril meneladani kita semua, bahwa waktu kita di dunia adalah mengumpulkan bekal, untuk perjalanan sejati menuju JannahNya, aamiin.