Tadi pagi saya menonton siaran pers stimulus ekonomi untuk pandemi Covid19. Ini darurat kesehatan kok malah ngomongin ekonomi?! Nyatanya semua ranah kehidupan manusia modern memang tidak bisa dilepaskan dari aspek ekonomi. Semua negara yang terkena dampak wabah ini pun mengeluarkan kebijakan ekonominya masing-masing.
Jika seorang pedagang misalnya, jatuh sakit dan tidak bisa berdagang seperti biasanya, maka penghasilannya menurun- atau bahkan tidak berpenghasilan sama sekali. Maka pedagang tersebut harus membobol celengannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mengurangi pengeluaran yang tidak perlu bahkan mungkin berhutang ke orang lain karena pengeluarannya pun bertambah untuk berobat.
Nah wabah pada level negara ini pun memiliki efek yang kurang lebih sama. Setiap negara punya kebijakan berbeda-beda untuk 'menangani' pelemahan ekonomi. Beberapa memilih memberikan basic income (ini mungkin bakal saya bahas besok, kalau mood, wkwk). Nah Indonesia agak 'unik'.
Kata Sri Mulyani, kita ngeluarin 405,1 triliyun rupiah buat nanganin Covid19 ini (itu kalau dalam bentuk duit 100 ribuan kita bisa berenang kali ya di antara duit-duit, wkwk). 75 T buat belanja alat kesehatan dan insentif tenaga kesehatan, 110 T buat jaringan pengaman sosial (kayak bansos gitu deh), 70,1 T buat dukungan indsutri, 150 T buat pemulihan ekonomi nasional (gatau deh maksudnya apaan, belum baca, wkwk).
Nah, caranya gimana?!. Di tulisan kali ini gue bakal bahas yang dukungan industri. Nah, instead ngasih duit ke ruckyut kecil (walaupun udah diakomodir di jaring pengaman sosial sih). Pemerintah juga berbaik hati nih ngasih berbagai keringanan ke pengusaha. Di antaranya pengurangan pajak penghasilan (Pph 21 karyawan dan PPh 22 impor, serta pembebasan bea masuk impor).
Kenapa sihhh negara baek banget ama pengusaha? ini gue (nah kan tadi saya sekarang jadi gue) baru paham juga setelah denger langsung dari Bu Ani di acara World Bank (wedeh, akrab #highprofile). "Harapannya kalau uang itu stay di perusahaan, akan lebih bermanfaat buat masyarakat, misalnya untuk pelatihan, riset, instead uang itu disetor ke pemerintah".
Gini guys: kata kuncinya adalah HARAPAN. wkwkw. Pemerintah gak bisa betul-betul ngontrol duit itu bakal diapain sama pengusaha. Memang bisa misalnya dengan super deduction riset atau vokasi, atau dalam kasus Covid19 ini, Pph21 nya dibalikin ke karyawan, tapi selebihnya kalau duit tadi balik ke shareholder dan buat liburan ke Bahama atau beli tas Hermes. who knows?
Inilah yang namanya: TRICKLE DOWN ECONOMY
Makanya kalo di Amrik, banyak pengusaha prefer politisi Republican karena terkenal dengan kebijakan ini. hehe. Asumsinya kalau pengusaha dibaikin, tax rate nya rendah, pengusaha bakal baik juga ke buruh-buruhnya.
wwkwkkwk, becanda deh kamu negara.
No comments:
Post a Comment