Dini hari ini, saya melihat akun Instagram Perpustakaan Nasional memposting statistik yang menyatakan bahwa Indonesia memiliki jumlah perpustakaan terbanyak kedua di dunia. Hal ini membuat saya geregetan dan sekaligus marah tapi tetep pengen ketawa karena nyatanya statistik yang lain menunjukkan bahwa minat baca Indonesia berada pada peringkat kedua dari bawah
Ini contoh kecil dari kesalahan yang sering saya temui pada kerja pemerintah atau pembangunan: mengkuantifikasi hal yang keliru.
Jika teman-teman akrab dengan kerja pemerintah salah satu tolak ukur yang sering mereka gunakan adalah penyerapan anggaran, artinya sejauh mana mereka menghabiskan uang yang sudah dibagi-bagikan oleh Ibu Sri Mulyani kepada tiap-tiap kementerian atau lembaga untuk program-program mereka, dengan asumsi ketika uangnya habis berarti programnya jalan.
Lalu bayangkan Kementerian ini adalah seorang anak atau ibu rumah tangga yang memiliki jatah uang bulanan dan tugas mereka hanya menghabiskan uang itu.
Lalu bagaimana menjamin bahwa uang itu tepat sasaran?
Sejak mengenalnya, manusia nampak terobsesi dengan angka, karena ini dianggap hal paling universal untuk menggambarkan sesuatu. Makanan yang enak bagi orang Turki dan orang Jepang mungkin berbeda, tapi kain dengan luas 1 x 1 m akan sama luasnya bagi mereka.
Tapi obsesi ini kadang salah arah, kita mudah terbuai dengan angka-angka yang dibuat oleh penguasa, atau bahkan penjual yang ingin mempromosikan produknya.
Lain kali, ketika melihat angka, kita harus skeptis, bagaimana proses di baliknya hingga angka-angka itu lahir.
No comments:
Post a Comment