Kemarin saya menonton film
berjudul Everybody’s Fine, hasil ngopy dari laptop si Pede. Ceritanya begini
[spoiler alert !]. seorang ayah yang telah ditinggal mati istrinya- Frank Goode
kini hidup sendiri di Elmira, New York. Pada suatu liburan, ia mengundang
keempat anaknya yang telah dewasa dan sukses untuk pesta barbeque di rumahnya.
Namun sayang, keempat anaknya tadi membatalkan janji pada menit- menit
terakhir. Akhirnya Frank Goode pergi ke seluruh penjuru Amerika Serikat untuk
memberi kejutan dengan mengunjungi keempat anaknya.
Yang pertama ia kunjungi ialah
David, yang kini telah menjadi pelukis di NYC, namun Frank mendapati
apartemennya sepi dan, yah mungkin David sudah pindah ke suatu tempat atau
apalah. Kemudian Frank pergi ke Chicago untuk mengunjungi Amy, yang bekerja
sebagai agen periklanan yang sukses. Amy tinggal bersama suami dan satu anak
laki- lakinya di rumah modern- minimalis yang megah. Setelah mengunjungi Amy,
Frank pergi ke Denver untuk mengunjungi Robert, yang Frank kira telah menjadi
seorang conductor, pada saat melihat latihan
Robert untuk suatu konser, ternyata ia ‘hanya’ penjadi pemain drum. Terakhir,
Frank pergi ke Las Vegas untuk mengunjungi Rosie, putrinya yang kini menjadi
penari di salah satu hotel di Vegas, Rosie juga terlihat sukses di apartemen
yang mewah.
Manis bukan ? seorang ayah yang
pada usia senja nya mendapati anak- anaknya sukses dan bahagia. Namun di akhir
film, semua kebohongan terungkap, ternyata Amy dan suaminya telah lama
berpisah. Robet yang memang berbohong karena sesungguhnya ia bukan seorang
conductor. Rosie, ternyata apartemen mewah di Vegas itu bukan miliknya, ia
bukan seorang penari melainkan ‘hanya’ pelayan restoran dan memiliki anak
diluar nikah. Dan yang paling mengejutkan ialah ternyata David telah meninggal
!.
Dari film ini saya belajar. Jika
ditanya tentang tujuan hidup, sebagian besar orang- terutama di budaya timur
kita ini- akan menjawab : “membahagiakan orang tua” yang kemudian
dideskripsikan sebagai sekolah yang rajin dan dapat nilai bagus supaya bisa
masuk universitas bagus supaya bisa bekerja dengan gaji yang bagus, kemudian
menikah dengan orang yang tepat dan hidup bahagia selamanya.
Tentunya, orangtua selalu ingin
yang terbaik bagi anaknya, dan anak selalu ingin menbahagiakan orangtuanya. Orangtua
selalu ingin yang terbaik bagi anaknya, dan selalu ingin anak- anaknya mendapat
kehidupan yang lebih baik dari dirinya. Mungkin karena hal ini, masing- masing
dari mereka tidak punya cukup waktu untuk memikirkan dirinya sendiri.
Kebetulan, saya belum pernah
menjadi orangtua dan tidak tahu bagaimana rasanya memiliki harapan yang
sebegitunya pada anak- anak. Mungkin saja, karena saya tidak bisa berenang,
saya akan memaksa anak saya kelak untuk les renang hingga ia bisa berenang
dengan seribu satu macam gaya.
Mungkin karena rasa memiliki yang
teramat sangat dari orangtua pada anaknya sehingga ia lupa bahwa mereka berdua
dua mahluk berbeda yang seharusnya sama- sama merdeka.
Bahwa Frank Goode tidak mau David
bercita- cita menjadi tukang cat tembok dan mengharapkan putranya menjadi
seorang pelukis yang sukses.
Lalu, apa definisi sukses itu ?
membahagiakan orang tua ? menjadikan anak lebih sukses dari diri kita sendiri ?
Entahlah