1. Sebagai orang Indonesia, Pulang oleh Leila S.
Chudori
Saya membaca Pulang di awal tahun 2017 dan
selesai dalam waktu kurang lebih seminggu- karena saat itu saya masih nganggur,
hehe. Tapi novel ini benar-benar bagus, bahkan mungkin salah satu karya fiksi
terbaik yang pernah saya baca. Walaupun fiksi, novel ini meng-capture momentum
bersejarah di Indonesia. Diawali dengan cerita sekawanan teman pada tahun 1965
hingga mereka terpaksa menjadi eksil di Eropa hingga ‘reuni’ anak-anaknya pada
konflik 1998. Dua tahun keramat bagi Indonesia, namun bagi sebagian besar
anak-anak milenial, hal ini masih menjadi misteri. Drama keluarga yang dibalut
kemelut situasi politik dituturkan dengan indah oleh Leila S. Chudori, membuat
Pulang layak dibaca oleh setiap warga negara Indonesia atau mereka yang ingin
belajar tentang Indonesia.
2. Sebagai Muslim, Dalam Dekapan Ukhuwah oleh Salim
A. Fillah
Buku ini mungkin menjadi satu-satunya
‘penyejuk’ dalam daftar buku terbaik Binar tahun ini. Hehe, becanda. Saya sudah
membaca salah satu buku karya Salim A. Fillah yaitu Saksikan Bahwa Saya Seorang
Muslim. Kemudian kembali dipertemukan dengan buku ini, yang boleh dibilang
adalah sekuel dari bukunya terdahulu. Setelah memantapkan identitas sebagai
seorang Muslim, kita perlu belajar dan menata interaksi kita dengan sesama
Muslim yang lain, atau bahkan orang lain yang non-muslim.
Salim A. Fillah adalah salah satu ulama
muda yang produktif menulis buku-buku berkualitas. Ia selalu dengan apik
menyisipkan cerita Nabi dan sahabat-sahabatnya, sejarah hingga kutipan dari
buku-buku self help modern untuk memberikan ilustrasi atas pesan yang ingin
disampaikan.
Buku ini wajib dibaca bagi siapapun yang
ingin menjadi Muslim yang baik, bukan untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk
sesamanya.
3. Sebagai Pekerja Sosial, Doing Good Better oleh William
McAskill
Ulasan buku ini sudah ditulis di sini.
Dengan jalur ‘karir’ yang saat ini saya pilih, saya selalu meragukan “apa yang
saya perbuat sudah benar?”. Saya membaca buku ini, berharap menemukan jawaban,
ternyata tidak, yang saya alami malah jadi makin skeptis. Buku ini cukup
mengobrak-abrik nalar saya tentang berbuat baik. Intinya, perbuatan baik akan
sangat mungkin berakhir menjadi egoisme jika tidak diperhitungkan dengan baik.
Berbuat baik bukanlah “yang penting niatnya”. Hehe
Seperti judulnya, buku ini cocok untuk
mereka yang ingin berbuat baik, dengan lebih baik.
4. Sebagai Perempuan Bekerja, Lean In oleh Sheryl
Sandberg.
Buku ini kayaknya udah menjadi feminis abad
21 starter pack ya, haha. Sudah lama banget pengen baca buku ini hingga
akhirnya bisa download di archive.org. Buku ini menceritakan perjuangan
Sandberg sebagai perempuan yang bekerja di bidang STEM (Science, Technology,
Engineering and Mathematics).
Waktu liat reviewnya di goodreads sih
banyak yang kritik kalau Sandberg nulis memoar hidupnya dari sudut pandang
elitisnya yang duduk di C level perusahaan (sandberg adalah COO, Chief
Operating Officer di Facebook). Tapi sebenarnya kalau kita resapi (woelah)
cerita Sandberg dalam buku ini, ia tidak mendapatkan posisinya sekarang dengan
mudah dan ia selalu berani speak up untuk menyuarakan kebutuhan (atau
unek-unek) nya sebagai perempuan di lingkungan kerja. Insight lain yang saya
dapat dari buku ini adalah: sangat susah jadi Ibu yang sempurna, bahkan hampir
tidak mungkin. Everyone got their own battle lah.
5. Sebagai Twentysomething, The Defining Decade
oleh Meg Jay
Pernah denger quarter life crisis? Rasa-rasanya
setelah lulus kuliah dan akhirnya kerja ‘beneran’ di usia 23 ini, banyak banget
perubahan dalam hidup ini. Kemudian saya berpikir, ada gak sih semacam manual
book untuk melewati semua ini. Alhamdulillah saya direkomendasikan buku ini
oleh Gina, makasih Gina.
Meg Jay berargumen kalau usia 20an ini
adalah periode yang sangat krusial untuk perihal karir, percintaan dan
kesehatan manusia. Buku ini kayak semacam membantah paham western yang mendikte
YOLO (mumpung muda, gak usah serius-serius lah). Justru pada periode ini kita
kudu kerja keras, harus belajar dewasa menghadapi segala cobaan hidup
#waniperihsquad #uopo. Intinya kalau kalian remaja yang menghadapi kebingungan
a la twentysomething kayak saya, buku ini patut dicoba lah. Hehe
6. Sebagai Manusia, Sapiens oleh Yuval Noah Harari
Ini buku yang super mindblowing, dah gitu
aja, haha. Pas niat membaca buku ini adalah karena lihat kak Afutami baca buku
ini di akun goodreads nya. Dan kayaknya buku ini juga hype banget di sosmed,
saya jadi nyadar kalau tren yang paling susah diikuti adalah tren baca buku.
Effortnya paling susah bok.
Kalau dibilang buku ini ‘hanya’ buku
antropologi kayaknya menyempitkan banget ya. Argumen dasar Harari adalah: homo
sapiens itu ya hewan, tapi kok kita bisa jadi menguasai bumi ini? Dikupas lah
segala sejarah dari revolusi agrikultur hingga hari ini, buku ini menjawab
banyak banget pertanyaan yang mungkin ada di benak kita sejak kecil, kenapa
begini kenapa begitu. Yang paling penting, Harari menuturkan segala kerumitan
dunia dengan bahasa yang mudah dicerna awam kayak saya. Bab paling mindf*cking
buat saya adalah tentang modern economy. Intinya kalian harus cepet-cepet baca
buku ini kalau gak mau ketinggalan hype intelektual masa kini. Hahahah
Saya tidak menyelesaikan terlalu banyak buku tahun ini,
hanya sekitar 11 judul kalau tidak salah. Yang menarik adalah, buku nomor 1 dan
2 adalah buku pinjaman, sedangkan yang lain adalah e book yang saya baca dari
hp. Bersyukur sih dikenalkan dengan google playbook untuk membaca e book dengan
format e pub. Pokoknya aktivitas membaca jadi lebih enak (am I sound like bad
spokeperson?) haha. Dan tahun ini kayaknya saya juga lebih suka baca buku non
fiksi. Dengan fitur read aloud di google playbook juga memudahkan saya untuk
memahami buku yang berbahasa Inggris.
Semoga di 2018 kita makin semangat belajar ya, aamiin J