Kemarin malam, pilek yang sudah dua hari saya derita makin menjadi-jadi. Saya pun sudah dua hari gak masuk kantor. Akhirnya, mau tidak mau, saya harus ke dokter.
Saya punya asuransi Cigna dari kantor. Saya lihat di websitenya bahwa asuransi ini bekerja sama dengan beberapa rumah sakit di Jakarta, salah satunya Rumah Sakit Medistra. Saya pun menelepon untuk memastikan bahwa keperluan medis saya benar-benar bisa ditanggung, sekaligus reservasi dokter umum.
Di bagian pendaftaran, ternyata kartu saya ditolak, karena kartu saya terdaftar di Cigna Global, bukan Cigna Indonesia. Walhasil saya harus mendaftar dan membayar dengan biaya sendiri. Nantinya memang bisa direimburse, tapi kan ribet ya. Haha
Setelah cek dengan dokter, diberi resep, sampailah saya ke kasir. Ternyata tagihan cek dokter umum dan obat sekaligus administrasi tadi sampai 862.500 rupiah! Waduh! mahal gilak. Untung saya masih punya orangtua untuk bayarin ongkos berobat itu.
taken for granted, belakangan frasa tersebut menjadi favorit saya. Entah apa padanan yang tepat dalam Bahasa Indonesia, saya belum menemukannya.
Karena belakangan, saya sadar bahwa banyak sekali hal-hal dalam hidup ini yang saya take for granted. Kasus berobat tadi misalnya, waktu kecil biaya kesehatan saya sekeluarga ditanggung perusahaan tempat Bapak saya bekerja, kalau sakit tinggal ke dokter, ambil obat di apotek, pulang! gak mikir blas!.
Saya lulus pendidikan sarjana atas biaya orangtua, memiliki tempat tinggal dengan akses listrik, air dan pendingin ruangan yang layak, dan lain sebagainya. Semua itu saya anggap normal-normal saja saya terima.
Padahal, bisa jadi saya adalah sekian kecil persen warga dunia yang menikmati privilese ini.
Belakangan ini, saya takut, atas segala nikmat yang saya peroleh dalam hidup ini. Saya takut menjadi ignoran.
Kemudian ketus pada para gelandangan, ya mereka gak mau kerja sih!
Jauhkanlah hamba dari sikap demikian, ya Tuhan