Saya sebel deh dengan sistem/ cara penamaan
manusia di Indonesia, hahaha. Kenapa ? karena orang Indonesia, setiap bayi yang
lahir yang lahir di Indonesia dinamai terserah seenak orangtuanya.
“yaiyalah anak- anak gue, ya terserah gue mau
dikasih nama apa”
“trus, gue harus bilang wow ! gitu ?”
“ciyus ? miapah ?”
*abaikan*
Nama keluarga pertama kali digunakan di Cina
pada jaman dinasti Han (semasa dengan Kristus). Di Inggris mulai abad ke- 14.
Di Jepang awalanya hanya penguasa yang memakai nama keluarga, hingga 1875
Dekrit Kabinet mewajibkan rakyat jelata memakai nama belakang.[1]
Entah mengapa dan bagaimana cara ini tidak
sampai di Indonesia. Memang ada beberapa suku di Indonesia yang menggunakan
sistem penamaan dengan marga atau nama belakang, suku Batak misalnya.
Padahal, menurut saya nama belakang adalah
bagian yang cukup penting dari identitas seorang manusia. Dengan nama belakang
atau nama keluarga, ia akan dapat menelusuri leluhurnya. Lucu juga kan, kalau
lagi silaturahmi keluarga misalnya, ada ratusan orang dengan nama belakang yang
sama.
Bagi seorang wanita, akan ada perubahan
Identitas jika ia sudah menikah (unyu
banget kan, fufufu) misalnya Ms. Binar Lestari jadi Mrs. Binar *siapakekgitu*
atau kalau di Perancis dari Mademoiselle menjadi Madame. Lucu lagi kalau kayak
Jacquelinne Kennedy- Onassis yang menaruh nama suami- suami nya berderetan di
belakan namanya, hahaha.
Ya sudahlah, saya tahu tulisan ini absurd.
Tapi emang saya sebel, kenapa saya gak pake nama belakang ? hahh kenapaaa ???
aaaaa. Yang jelas saya juga belum ganti nama belakang, #eh #kode. Wakakak.
[1]Avise, John.
(2007) The Genetic Gods. Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta